Rabu, 25 Juni 2008

Minim Predator Tendangan Bebas

2008-06-25 08:02:01
Eforia Euro 2008 menuju puncaknya. Dari total 16 kontestan, kini tersisa empat tim saja. Jerman, Turki, Spanyol dan Rusia bersaing agar bisa berlaga di partai puncak yang digelar di Ernst Happel Stadion, Wina, Austria pada 29 Juni mendatang.
Berbagai drama terjadi dan banyak tim unggulan yang di luar dugaan tersingkir. Turnamen di Austria-Swiss ini juga tidak luput diwarnai oleh gol yang tercatat sebelum partai semifinal total mencapai 68 gol. Itu berarti rata-rata per pertandingan tercipta 2,42 gol. Angka ini lebih sedikit dibanding rata-rata gol di Euro 2004 yang tercatat 2,74 per pertandingan.
Selain itu, sepertinya ada yang kurang dalam penyelenggaraan Euro 2008. Dari total 68 gol, jarang sekali terlihat gol yang diciptakan melalui tendangan bebas langsung (direct free-kick). Hal itu tidak salah lagi, pasalnya memang hanya tercipta satu gol dari eksekusi tendangan bebas langsung.
Gol semata wayang itu diciptakan oleh Daniele De Rossi saat Italia meraih kemenangan 2-0 atas Prancis pada Selasa, 17 Juni. Tendangan De Rossi pun tidaklah terlalu indah karena kiper Prancis, Gregory Coupet dipecundangi lebih karena bola berbelok arah setelah menerpa kaki Thierry Henry yang berdiri sebagai pagar hidup.
Isu miskinnya gol dari tendangan bebas diakui oleh Andy Roxburgh, Direktur Teknik UEFA. Roxburgh juga memimpin tim yang terdiri dari pelatih dan staf teknik lain untuk menganalisa taktik trend taktik dan sisi teknis di Euro 2008. “Eksekusi bola mati (tendangan bebas langsung) bisa sangat menentukan, tapi sejauh ini hanya tercipta satu dari 68 gol. Sungguh sesuatu yang mengejutkan,” kata Roxburgh seperti dikutip www.uefa.com.
Mengenai gol yang dilesakkan indah Michael Ballack ke gawang Austria, Roxburgh mengklasifikasi hal itu ke dalam tendangan bebas tidak langsung. Pasalnya bola bergulir terlebih dahulu dan kemudian diberhentikan sebelum disepak oleh Ballack yang menjadi gol semata wayang penentu kemenangan.
Tidak hanya gol dari tendangan bebas langsung, gol dari bola mati—seperti tendangan penjuru dan tendangan bebas—juga sangat kering. Kurang dari 25 persen gol yang tercipta dari bola mati (set play). Situasi serupa juga dialami di Liga Champions musim lalu. Ada beberapa alasan tentunya yang melandasi trend tersebut.
Menurut Roxburgh bisa karena organisasi pertahanan yang lebih baik dan/atau tim-tim mengetahui betul untuk menghindari pelanggaran di daerah berbahaya yang bisa dimanfaatkan oleh spesialis pengambil tendangan bebas. Tidak dibahas dalam alasan Roxburgh yakni matangnya para kiper dalam mengantisipasi tendangan bebas melengkung yang datang ke gawangnya. Akankah dalam dua partai semifinal nanti ada pemain yang mampu melesakkan gol dari tendangan bebas langsung? Layak ditunggu!

Tidak ada komentar: