Senin, 30 Juni 2008

Der Panzer Never Die..............















Loew: Spanyol Pantas Juara

2008-06-30 05:05:08
Mimpi Jerman merebut gelar keempat terbaik di Eropa kandas. Pada final Euro 2008 di Ernst Happel Stadion, Wina, Austria, Jumat dinihari (WIB) tadi, Die Maanschaft ditekuk Spanyol langsung 0-1 (0-1). Spanyol yang dianggap tim spesialis kualifikasi tampil dengan mental kuat dan bermain lebih apik hampir di sepanjang pertandingan.
Sebuah gol di menit ke-33 dari Fernando Torres menjadi penentu kegagalan untuk keempat kalinya bagi Jerman di partai final. Secara obyektif Spanyol tampil dominan dan bahkan bukan tidak mustahil unggul lebih jika tenang dalam penyelesaian akhir.
Itu pula yang diakui jujur dan berbesar hati oleh pelatih Der Panzer, Joachim Loew. Loew sejatinya juga tidak sepantasnya merendah karena Michael Ballack dkk mampu menunjukkan diri tim berkualitas selama tiga pekan di Austria-Swiss. Loew respek dan setuju untuk memberi penghargaan tinggi kepada para pemainnya.
“Mereka (para pemain Jerman) sungguh fantastis. Secara alamiah kami kecewa tapi mereka tidak boleh tertunduk lesu. Mencapai final merupakan pencapaian yang spesial,” kata Loew seperti dikutip Reuters. “Spanyol memiliki banyak peluang lebih baik hari ini dan memang tampil lebih baik”.
Kanselir Jerman, Angela Merkel yang menyaksikan langsung di tribun VIP juga memberi sokongan moral kepada pasukan anak-anak asuhan Loew. “Mencapai final sudah merupakan kesuksesan besar. Kami berjuang tapi pada akhirnya tidak cukup. Kami di peringkat ketiga pada Piala Dunia (2006) dan kini berada di peringkat kedua (Euro 2008),” kata Merkel. “Saya katakan kepada Ballack dkk bahwasanya mereka harus menunggu sampai 2010 untuk merayakan pesta kemenangan.”
Kekalahan itu membuat Loew gagal bersanding dengan pelatih hebat Jerman yang mampu membawa pulang gelar juara di turnamen utama. Di kancah Piala Eropa atau Euro Helmut Schoen meraih trofi Henri Delaunay untuk kali pertama pada 1972. Delapan tahun kemudian atau tepatnya di Euro 1980, Jerman menjadi kampiun di bawah pelatih Jupp Derwall. Gelar ketiga kalinya direngkuh dalam Euro 1996 ketika Die Maanschaft diarsiteki Berti Vogts.
Jerman lebih dulu menggapai gelar juara di ajang Piala Dunia atau tepatnya di tahun 1954 dengan pelatih Sepp Herberger sebagai juru taktiknya. Schoen dianggap pelatih terbesar dalam sejarah sepakbola Jerman (dulu Jerman Barat) dengan menggapi trofi juara di PD 1974. Satu gelar lainnya diperoleh di Italia pada PD 1990 lewat pelatih yang menjadi legenda hidup sepakbola Jerman, Franz Beckenbauer.

Villa Berhak Atas Sepatu Emas

2008-06-30 04:18:59
Tidak tampil di partai final menjadi kekecewaan tersendiri bagi David Villa. Kenyataan itu membuat striker Valencia itu tidak bisa membantu Spanyol dalam meraih gelar juara untuk pertama kalinya sejak 1964 menghadapi Jerman di Ersnt Happel Stadion, Minggu (29/06) atau Senin dinihari-WIB.
Selain dari pada itu jumlah raihan golnya juga masih mungkin terkejar oleh para pesaingnya. Tapi pada kenyataan Villa bisa berlega hati. Meski absen akibat cedera paha selepas melakukan tendangan bebas ketika menghadapi Rusia di babak semifinal, Spanyol mampu menjaga konsistensi permainan dan juga mental bertanding.
Spanyol menjungkalkan Jerman dengan skor tipis 1-0 lewat gol Fernando Torres. Villa bisa bernafas lega karena Torres bukan pesaing yang mengintai dengan jumlah gol yang tipis. Empat gol yang dilesakkan sudah cukup mengantar Villa dengan gelar “sepatu emas” di Euro 2008. Dua gawang saja yang menjadi korban Villa. Pertama, hat-trick ke gawang Rusia di pertandingan perdana Grup D pada Selasa, 10 Juni, dan satu gol ke gawang Swedia selang empat hari kemudian.
Hat-trick Villa merupakan raihan pertama sejak Euro 2000 yang dibukukan striker Belanda, Patrick Kluivert ke gawang Yugoslavia di babak perempat final. Villa menjadi pemain ketujuh yang mencetak hat-trick di putaran final.
Pesaing terdekatnya yang memiliki peluang terbesar menyamai atau melampaui raihannya yakni Lukas Podolski yang mengemas tiga gol. Torres dengan satu gol tambahan hanya mampu total menjebol gawang dua kali. Raihan yang sama dicatat kompatriot mereka, Daniel Guiza. Di kubu Jerman perolehan dua gol dibukukan Michael Ballack, Bastian Schweinsteiger dan Miroslav Klose.
Jumlah gol Villa lebih sedikit satu gol dibanding raihan tiga turnamen sebelumnya. Alan Shearer (Inggris) di Euro 1996, Patrick Kluivert (Belanda) dan Savo Milosevic (Yugoslavia) di Euro 2000, serta Milan Baros (Republik Ceska) di Euro 2004. Tapi lebih baik dibanding Euro 1992 dimana gelar top skorer dikuasai oleh Dennis Bergkamp (Belanda), Thomas Brolin (Swedia), Henrik Larsen (Denmark) dan Karl-Heinze Riedle (Jerman) yang sama-sama mengemas tiga gol.
Top Skorer Euro 2008:
David Villa--Spanyol (4)
Roman Pavlyuchenko--Russia (3)
Lukas Podolski--Jerman (3)
Hakan Yakin--Swiss (3)
Semih Şentürk--Turki (3)
Andrei Arshavin--Rusia (2)
Michael Ballack--Jerman (2)
Miroslav Klose--Jerman (2)
Bastian Schweinsteiger--Jerman (2)
Daniel Güiza--Spanyol (2)
Fernando Torres--Spanyol (2)
Zlatan Ibrahimović--Swedia (2)
Ivan Klasnić--Kroasia (2)
Nihat Kahveci--Turki (2)
Arda Turan--Turki (2)
Wesley Sneijder--Belanda (2)
Ruud van Nistelrooy--Belanda (2)
Robin van Persie--Belanda (2)

Spanyol Kampiun Euro 2008

2008-06-30 03:38:44
Penantian panjang Spanyol akhirnya terbayar lunas. Menunggu selama 44 tahun, Spanyol akhirnya menjuarai Euro 2008 setelah memetik kemenangan tipis 1-0 (1-0) dari Jerman dalam final yang digelar di Ernst Happel Stadion, Wina, Austria. Gol semata wayang Tim Matador dilesakkan oleh Fernando Torres.
Trofi Henri Delaunay dengan desain terbaru ini menjadi gelar juara untuk kedua kalinya bagi Spanyol, setelah Euro 1964. Catatan penting bagi Spanyol yang menjadi tim pertama sejak Prancis pada Euro 1984 yang mampu meraih gelar juara tanpa merasakan kekalahan. Gelar ini menjadi sangat manis bagi Luis Aragones, pelatih yang banyak dikecam publik karena tidak menyertakan Raul Gonzalez. Raihan ini juga menjadi momen indah sebelum ia hijrah ke Turki menangani klub Fenerbahce.
Tiga menit selepas kick-off babak pertama, Sergio Ramos melakukan blunder. Umpannya mengarah pada Miroslav Klose. Beruntung kontrol bola Klose kurang sempurna. Kedua kesebelasan bermain hati-hati. Thomas Hitzlsperger mengetes kesigapan Iker Casillas pada menit kesembilan dan Jerman lebih mendominasi jalannya permainan.
Menit ke-14 Spanyol memperoleh momentum untuk bangkit. Serangan berbahaya dari duo Barcelona, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta, nyaris membuat Christoph Metzelder menjebol gawangnya sendiri. Kecekatan Lehmann menyelamatkan gawang Jerman. Kepercayaan diri Spanyol terangkat. Gawang Jerman benar-benar terancam menit ke-22. Umpan Ramos dari sisi kanan disambut tandukan Fernando Torres, namun bola hanya membentur tiang gawang.
Spanyol mulai aktif menyerang, Jerman terpancing permainan terbuka. Hal yang disukai Spanyol yang membuahkan keunggulan 1-0 pada menit ke-33. Torres menunjukkan kegarangannya dalam menyayat pertahanan lawan. Memanfaatkan kecepatan akselerasi, Torres mendahului Philipp Lahm dalam menerima umpan terobosan Xavi. Kurang rapihnnya koordinasi Der Panzer dituntaskan tanpa cela oleh Torres dengan sontekan kaki kanan melewati Lehmann.
Dua menit kemudian Spanyol memiliki peluang untuk menggandakan keunggulan. Umpan matang Iniesta gagal diselesaikan David Silva. Tendangan voli Silva di dalam kotak penalti melambung jauh dari gawang. Jerman mencoba lebih aktif dalam menyerang namun sampai babak pertama usai Spanyol tetap unggul satu gol.
Di babak kedua Joachim Loew, pelatih Jerman, memasukkan Marcell Jansen untuk menggantikan Philipp Lahm. Jerman menaikkan tempo serangan namun Spanyol dengan cerdik memanfaatkan ruang. Menit ke-53 Xavi memaksa Lehmann berjibaku menepis tendangan menyusur tanah. Selang dua menit Torres dengan kecepatannya nyaris menjebol gawang Jerman namun kali ini Lehmann lebih cepat menutup ruang tembak.
Loew berupaya menambah daya dobrak dengan memasukkan Kevin Kuranyi yang menggantikan Hitzlsperger. Serbuan Die Maanschaft lewat tendangan voli Ballack hanya menerpa jala samping bagian luar. Atmosfir pertandingan memanas dan pemain Jerman mulai frustasi. Spanyol mengeruk keuntungan dengan tetap mendominasi penguasaan bola walaupun Aragones melakukan pergantian pemain. Penampilan Spanyol begitu gemilang di menit ke-68. Gawang Jerman bertubi-tubi mendapat gempuran. Sundulan Ramos dan dua kali tendangan Iniesta berhasil diselamatkan gemilang oleh Lehmann.
Konsisten La Furia Roja menjaga performa membuat Jerman kesulitan dalam mengembangkan iramanya sendiri. Menjelang wasit Roberto Rosetti meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, Spanyol justru yang kerap mengancam gawang Jerman. Salah satunya serangan segitiga Marcos Senna, Xavi dan Daniel Guiza yang masuk menggantikan Torres.
Susunan pemain:
Jerman: 1-Jens Lehmann; 3-Arne Friedrich, 17-Per Mertesacker, 21-Christoph Metzelder, 16-Philipp Lahm (2-Marcell Jansen 46); 7-Bastian Schweinsteiger, 8-Torsten Frings, 13-Michael Ballack (kk), 15-Thomas Hitzlsperger (22-Kevin Kuranyi 58 (kk)), 20-Lukas Podolski; 11-Miroslav Klose (9-Mario Gomez 79).
Spanyol: 1-Iker Casillas (kk); 15-Sergio Ramos, 5-Carles Puyol, 4-Carlos Marchena, 11-Joan Capdevila; 19-Marcos Senna; 6-Andres Iniesta, 8-Xavi Hernandez, 10-Cesc Fabregas (14-Xabi Alonso 63), 21-David Silva (12-Santi Cazorla 66); 9-Fernando Torres (kk) (17-Daniel Guiza 78).

Minggu, 29 Juni 2008

Domenech Masih Dipercaya Tangani Prancis

2008-06-29 19:31:30
Kegagalan Prancis di Euro 2008, ternyata tidak berdampak pada jabatan pelatih yang kini diemban oleh Raymon Domenech. Meski banyak pihak mengharapkan agar Domenech mengundurkan diri atau didepak dari posisi tersebut pasca kegagalan Les Bleus, ternyata Federasi Sepakbola Prancis (FFF) masih mempercayakan jabatan tersebut padanya.
Memang selama menangani Timnas Prancis, Domenech lebih banyak menghadapi kritikan dibandingkan menerima pujian. Sebelum Euro 2008 dimulai, ia sudah membuat publik kebingungan dengan tidak memanggil David Trezeguet, Mathieu Flamini, Bacary Sagna, Gael Clichy, dan Phillipe Mexes ke dalam skuad Euro. Padahal, kelima pemain tersebut cukup bersinar di kancah klub di musim 2007/08 lalu.
Saat pentas Euro 2008 digelar, Domenech kembali dihujani kritikan pedas, baik dari para pengamat maupun dari mantan pemain Prancis. Terlebih, di pertandingan pertama penyisihan grup melawan Rumania, Prancis seperti kekurangan darah. Hal ini antara lain disebabkan kesalahan taktik Domenech dengan menerapkan dua gelandang bertahan saat menghadapi tebalnya lini pertahanan Rumania.
Publik Prancis sempat berharap tim kesayangannya mampu meraih hasil lebih baik di pertandingan kedua kontra Belanda. Apa daya, Prancis justru dihajar Tim Oranje dengan skor cukup telak 1-4. Meski demikian, mereka masih berpeluang lolos dari babak penyisihan grup.
Syaratnya mereka mampu menekuk Italia di pertandingan terakhir, dan Belanda membekuk Rumania. Lagi-lagi, Franck Ribery dkk menemui kegagalan. Belanda memang berhasil menekuk Rumania dengan skor 2-0, namun kekalahan serupa juga ditelan Prancis dari Gli Azzurri. Maka Prancis pun angkat koper dengan membawa pulang catatan miris, hanya mengumpulkan satu poin serta memiliki catatan gol sangat minim, satu gol.
Walaupun lebih banyak berkubang dengan hasil buruk, ternyata FFF masih belum kehilangan kepercayaannya. Mereka mempertahankan Domenech yang dikontrak sampai 2010 sebagai arsitek Timnas Prancis. Hal ini diungkapkan Presiden FFF, Jean-Pierre Escalates kepada media lokal. “Domenech (bertahan), meski beberapa hal perlu diubah,” tutur Escalates kepada Le Parisien.
Diyakini, perubahan yang dimaksud Escalates mencakup tiga hal, yakni ia harus meramu gaya permainan Prancis dengan lebih baik, perngorganisasian permainan, serta lebih membuka diri terhadap berbagai masukan yang diterimanya. Sedangkan FFF baru akan melakukan pengumuman resmi mengenai hal ini pada Kamis (03/07) depan.

10 Pemain Terbaik Euro 2008

2008-06-29 17:54:59
Perhelatan akbar sepakbola Eropa empat tahunan, Euro 2008, memasuki partai puncak. Sebanyak 16 tim yang masuk ke dalam putaran final sudah diperas jadi tinggal Jerman dan Spanyol. Lebih dari 360 pemain dibawa serta ke Austria-Swiss untuk unjuk kebolehan.
Takdir tidak ada yang tahu. Ada yang mampu menunjukkan kemampuan maksimal, tapi tidak sedikit yang pulang lebih cepat lantaran cedera membekap. Dari sekian banyak pemain yang tampil UEFA melalui situs resminya (euro2008.com) melansir 10 pemain yang paling menyita perhatian. Mengenyampingkan urutan dan masih bersifat sementara, berikut 10 pemain terbaik Euro 2008:
1. Hamit Altıntop (Turki)
Perannya sangat besar membawa Turki untuk pertama kalinya ke semifinal. Hamit memiliki etos bermain yang pantas dibanggakan. Lebih jauh ia merupakan pemain serba bisa yang penuh dedikasi dan tidak egois. Lihat umpannya ke Nihat Kahveci ketika Turki menundukkan Republik Ceska. Pelatih Fatih Terim berkomentar: “Ketika Anda memiliki pemain seperti dia, Anda tidak akan kalah.”
2. Andrei Arshavin (Rusia)
Tuah Arshavin berlanjut. Setelah menginspirasi Zenit St Petersburg menjuarai Piala UEFA Mei lalu, performa Arshavin mekar seutuhnya di Austria-Swiss. Kontribusinya bagi Rusia nampak jelas begitu bisa bermain kembali pascaskorsing karena akumulasi kartu. Swedia dan Belanda mengerti betul pahitnya kapabilitas Arshavin mengubah permainan Rusia. Cepat, pintar dan sangat piawai mengolah bola jadi kelebihan pemain yang bersinar di usia 27 tahun ini.
3. Michael Ballack (Jerman)
Ketika Jerman membutuhkan momentum setelah dipermalukan Kroasia, Ballack datang. Tendangan bebasnya menggelegar menembus gawang Austria. Jerman berhak melangkah ke babak berikut. Ia pemimpin dan komposer Tim Panser. Di saat bersamaan ia bisa menjadi penuntas serangan, seperti gol ketiga Jerman di gawang Portugal.
4. Iker Casillas (Spanyol)
Para kiper memperoleh perhatian banyak. Gianluigi Buffon, Edwin van der Sar, Artur Boruc, Igor Akinfeev dan Stipe Pletikosa semuanya mengesankan. Iker Casillas tidak banyak melakukan penyelamatan, tapi sangat penting bagi Spanyol. Contohnya ketika menggagalkan peluang emas Mauro Camoranesi (Italia) dan Roman Pavlyuchenko (Rusia). Belum termasuk dua kali menggagalkan penalti Daniele De Rossi dan Antonio Di Natale (Italia).
5. Luka Modric (Kroasia)
Banyak yang menganggapnya sebagai Johan Cruyff-nya Kroasia. Anggapan yang bukan tanpa alasan. Ia pencetak gol perdana Kroasia melalui tendangan penalti. Perannya sangat besar di lapangan tengah. Bertubuh kecil, Modric menjelajahi setiap jengkal lapangan tanpa lelah. Ia banyak mengkreasi peluang ke gawang Turki sampai pada kenyataan pahit eksekusinya gagal di babak adu penalti.
6. Carles Puyol (Spanyol)
Pertanyaan besar menggelayut beriringan dengan keberhasilan Spanyol tampil di putaran final. Namun keraguan itu dijawab Puyol bersama partnernya di jantung pertahanan, Carlos Marchena. Bermain konsisten di putaran pertama Grup D, Puyol memegang tongkat komando di barisan pertahanan dalam menghentikan serbuan Rusia.
7. Bastian Schweinsteiger (Jerman)
Schweinsteiger menunjukkan mentalitas baja Jerrman. Menerima kartu merah ketika Jerman takluk dari Kroasia, ia bangkit melawan Portugal di perempat final. Mencetak satu gol dan mengkreasi dua gol lain. Ia juga berperan besar ketika Jerman bangkit mengejar ketinggalan dari Turki.
8. Marcos Senna (Spanyol)
Xavi Hernandez atau Cesc Fabregas yang diturunkan sebagai pengatur serangan, pilihan Luis Aragones sebagai holding midfielder cuma Senna seorang. Akibat penampilan Senna yang begitu stabil, Xabi Alonso jadi lebih banyak menganggur di bangku cadangan. Ia penyeimbang dan distributor bola yang baik. Sangat disiplin namun kiper harus berhati-hati dengan tendangan kerasnya.
9. Wesley Sneijder (Belanda)
Tidak disangka Belanda bisa merajai dengan mudah Grup C yang merupakan ‘grup neraka’. Tak dinyana Tim Oranye gugur di tangan Rusia. Tapi performa Sneijder sudah bisa ditaksir bakal menyita perhatian. Gol ke gawang Italia dan Prancis menjadi gambaran tepat kualitas skill yang dimiliki gelandang Real Madrid ini.
10. David Villa (Spanyol)
Pemain pertama yang membukukan hat-trick sejak Euro 2000. Villa membuka langkah mengesankan bagi Spanyol ketika mengungguli Rusia. Golnya ke gawang Swedia menjadi penentu langkah Tim Matador ke perempat final. Di saat konsentrasi mengarah ke Fernando Torres, Villa membuat lini depan Spanyol begitu bergigi. Sayang di partai final cedera membuatnya absen.
Di antara deretan 10 pemain terbaik di atas, saya memiliki prediksi dua pemain favorit lain yang menyedot perhatian mata pecinta bola. Yaitu; Lukas Podolski (Jerman)
Pecundang di Bayern Muenchen, Podolski menunjukkan kelasnya di Jerman. Ditempatkan di gelandang kiri atau berduet dengan Miroslav Klose, Poldi--panggilan Podolski--bermain trengginas di setiap laga. Tiga golnya menjadi bukti dan menjadi pemain Jerman paling produktif. Di babak knock-out, Podolski puasa gol tapi aksinya tetap impresif, yang salah satunya berbentuk assist bagi terciptanya gol Schweinsteiger ke gawang Portugal. Dan satu lagi, tentu saja Miroslav Klose yang telah mengemas dua gol penting bagi Timnas Jerman.

Bedah Strategi Loew dan Aragones

2008-06-29 14:32:12
Babak final Euro 2008 mempertemukan Jerman dan Spanyol. Duel di Ernst Happel Stadion, Senin dinihari (WIB) nanti, bisa dikatakan menjadi titik akhir tanpa kejutan. Baik Jerman maupun Spanyol memiliki kualitas dan memang pantas untuk memperebutkan trofi Henri Delaunay desain terbaru.
Di balik itu partai final Euro 2008 menjadi duel antara tim yang sangat kontras. Hal yang paling mendasar soal filosofi bermain. Jerman mengusung efektifitas, kekuatan dan tenaga yang terbalut satu dalam staying power. Pakem itu dihadapkan pada gaya Spanyol yang bermain mengalir dengan skill tinggi dan kreatifitas kolektif.
Jerman mengesampingkan sepakbola indah namun dengan daya pukul menakjubkan serta ditopang mentalitas juara. Sebaliknya, Spanyol yang lebih menarik ditonton memiliki kelemahan soal mental bertanding. Kalau sudah menemui tembok kokoh pertahanan menjadi goyah dan frustasi. Kontras gaya, pun demikian soal pelatih yang berdiri di balik layar. Joachim Loew, pelatih muda Jerman yang impresif dan ambisius versus Luis Aragones, pelatih gaek Spanyol yang berpengalaman dan namun sedikit kontroversial.
Membedah taktik yang akan digunakan kedua pelatih perkara sulit. Pastinya, baik Loew dan Aragones bakal memeras otak untuk memanfaatkan kelemahan tim lawan. Dari perspektif strategis partai final itu akan menarik untuk disimak. Loew, walau masih relatif muda, sudah menunjukkan kepiawaiannya di Austria-Swiss. Ditilik rata-rata, pelatih di Euro 2008 berumur 57 tahun. Loew, 48 tahun, merupakan empat pelatih di bawah usia 50 tahun, bersama Roberto Donadoni, Slaven Bilic dan Marco van Basten.
Loew yang memegang tongkat estafet dari Juergen Klinsmann sudah hapal betul skuadnya. Loew pelatih muda yang dinamis. Ia memulai turnamen ini dengan formasi ortodoks 4-4-2 namun saat melawan Portugal di perempat final ia menunjukkan kapabilitasnya dengan mengubahnya jadi 4-5-1. Michael Ballack, Bastian Schweinsteiger dan Lukas Podolski jadi lebih bebas berkreasi membantu serangan dan menerobos dari lini kedua. Miroslav Klose sebagai ujung tombak hanya sebagai perusak konsentrasi pertahanan lawan.
Aragones, biarpun tua, cukup lugas dalam menerapkan taktik. David Villa memperoleh hasil menakjubkan dimainkan bebas di belakang Fernando Torres yang berperan target-man. Villa memimpin perolehan gol terbanyak dengan empat gol. Ketika Villa cedera di babak semifinal, Aragones menunjukkan lagi kematangannya. Dibanding memasukkan striker, ia menyodorkan Cesc Fabregas.
Masuknya Fabregas membuat serangan Tim Matador lebih bervariasi. Gelandang Arsenal itu mengambil alih kendali di lini tengah yang begitu vital dari Rusia. Fabregas menghidupkan permainan dari belakang Torres bersama David Silva dan Andres Iniesta yang mengapit di kiri dan kanan. Rusia yang berani mengajak bermain terbuka kena batunya. Gawang Rusia dibobol tiga kali tanpa diberi kesempatan membalas.
Aragones yang berulang tahun ke-70 bulan depan sepertinya akan menurunkan sistem yang sama seperti menghadapi Rusia, khususnya di babak kedua. Tim Matador begitu ganas dengan menaikkan tempo. Tapi itu tidak akan mudah dilakukan di hadapan Jerman. Die Maanschaft bisa dibilang tim yang dikenal piawai mengatur tempo. Ballack, yang diragukan tampil di Wina, jagonya dalam hal ini. Pertarungan yang menarik pastinya.

Ballack Diragukan Tampil di Final

2008-06-29 00:06:27
Menjelang partai pamungkas Euro 2008, Jerman mendapat kabar buruk. Kapten sekaligus pengatur serangan mereka, Michael Ballack, menderita cedera pada betis kanannya. Kabar ini dilansir oleh Federasi Sepakbola Jerman (DFB) melalui situs resminya pada Sabtu (28/06).
Ballack sendiri absen pada latihan rutin yang diselenggarakan pada Jumat (27/06) di markas tim Jerman yang mengambil lokasi di Tenero, Swiss. Ia pun absen pada latihan malam yang dilakukan di Vienna hari ini. Meski demikian, DFB masih berharap pemain Chelsea ini akan mampu pulih dalam waktu yang tersisa. Oleh sebab itu, mereka masih akan menunggu perkembangan terakhir Ballack sebelum memutuskan apakah ia sanggup bermain di final atau tidak.
Jika Ballack benar-benar harus absen di partai final melawan Spanyol tersebut, ini bagai mengulang kembali kenangan buruk enam tahun silam. Saat itu, Ballack pun harus absen di final Piala Dunia 2002, saat Tim Panser ditundukkan Brasil dengan skor 0-2.
Sepanjang Euro 2008, Ballack baru membukukan dua gol. Salah satunya dibukukannya saat Jerman melibas Portugal 3-2 di babak perempat final. Meski bermain kurang impresif kala meladeni Turki, namun dipastikan hilangnya Ballack akan menjadi pukulan tersendiri bagi Jerman yang sedang mengincar gelar juara Eropa keempatnya.
Bertolak belakang dengan Ballack, gelandang Jerman lainnya, Torsten Frings, yang sempat menderita patah tulang rusuk kini dikabarkan berada dalam kondisi fit sepenuhnya. Frings yang juga absen pada laga melawan Portugal, sempat dikhawatirkan harus absen cukup lama lantaran cederanya tersebut. Namun, ia berhasil pulih dengan cepat, meski saat menghadapi Turki, Pelatih Jerman, Joachim Loew harus berpikir keras sebelum mengambil keputusan. Toh, pada akhirnya Frings pun dimainkan sebagai pengganti Simon Rolfes.
“Saya sudah benar-benar siap untuk bermain lagi dan menerima tantangan. Saya tidak tahu apakah diriku akan dimainkan atau tidak namun jika diriku terpilih saya siap 100 %,” tutur Frings seperti dikutip Goal. Ia pun menyadari kalau Spanyol merupakan tim yang kuat, meski hal tersebut tidak membuatnya gentar sama sekali. Ia berkata: "Mereka (Spanyol) kuat, berteknik tinggi, dan mampu menguasai lapangan tengah. Kami akan memberi banyak tekanan pada mereka dan menjaga agar mereka tidak sampai menguasai permainan, meskipun hal tersebut cukup sulit".

10 Gol Terbaik Euro 2008

2008-06-28 10:37:44
Penyelenggaraan Euro 2008 memasuki babak final yang mempertemukan Jerman versus Spanyol pada Minggu, 29 Juni. Sampai 30 pertandingan yang telah dimainkan tercipta 76 gol. Berarti rata-rata gol per laga tercipta lebih dari 2,5 gol. Jumlah gol tersebut setara dengan raihan empat tahun lalu, juga sampai babak semifinal.
Tidak ada penurunan kuantitas, UEFA juga mengklaim tidak terjadi penurunan kualitas permainan dan gol yang dilesakkan. UEFA melalui situs resminya melansir 10 gol terbaik sampai sejauh ini. Setujukah Anda? Berikut 10 gol terbaik:
1. Philipp Lahm
Jerman 3-2 Turki, semifinal, 25 Juni
Perlawanan Turki begitu alot. Di menit ke-86 Semih Senturk menyamakan kedudukan. Tim lain boleh luntur moralnya tapi Jerman tidak. Sontak tekanan dilancarkan dan dalam tempo empat menit Der Panzer menunjukkan kelasnya. Lahm yang menerima umpan terobosan yang cerdik yang dilepaskan Thomas Hitzlsperger menaklukkan kiper Rustu Recber dengan kaki kanannya. Gol dengan set-play rapi dan akan dikenang tidak sebentar yang mengantar Jerman ke final keenamnya.
2. Roman Pavlyuchenko
Belanda 1-3 Rusia, perempat final, 21 Juni
Pavlyuchenko tidak menyia-nyiakan kesempatan dari absennya Pavel Pogrebnyak yang cedera. Tanpa cacat ia menyambut umpan silang Sergei Semak dengan tendangan voli first-time tanpa bisa dijangkau kiper veteran Edwin van der Sar. Gol di sebelas menit di babak kedua yang membuka kemenangan fantastis Rusia.
3. Bastian Schweinsteiger
Portugal 2-3 Jerman, perempat final, 19 Juni
Schweinsteiger membayar kesalahan ulahnya yang berbuah kartu merah ketika Jerman takluk dari Kroasia. Gawang Portugal jadi korban. Aksi impresif Schweinsteiger masuk dari lini kedua tidak terdeteksi. Tanpa ancang-ancang ia menyongsong crossing mendatar Lukas Podolski.
4. Michael Ballack
Austria 0-1 Jerman, Grup B, 16 Juni
Kalah dari Kroasia tekanan menggelayuti Jerman. Terbuai oleh gebrakan tuan rumah, Ballack menentukan langkah Jerman ke babak berikutnya. Sang kapten melepaskan tembakan kencang dari proses indirect free-kick. Jurgen Macho, kiper Austria, tidak sanggup menahan dan Jerman unggul empat menit selepas babak kedua dimulai.
5. Nihat Kahveci
Turki 3-2 Republik Ceska, Grup A, 15 Juni
Gol mengejutkan dari Turki yang tertinggal dua gol terlebih dahulu. Menerima umpan terukur Hamit Altintop, Nihat melihat sejenak ke arah gawang sebelum melepaskan tendangan melengkung yang tidak sanggup dijangkau Petr Cech. Bola menerobos gawang setelah sebelumnya membentur sisi dalam mistar. Gol penentu Turki menuju perempat final.
6. Wesley Sneijder
Belanda 4-1 Prancis, Grup C, 13 Juni
Buah dari serangan balik mematikan Belanda dan menjadi gol penutup aksi impresif anak asuh Marco van Basten. Menerima bola di luar kotak penalti, Sneijder melewati Jeremi Toulalan sebelum melepaskan tendangan keras. Bola membentur mistar sebelum mempermalukan Gregory Coupet.
7. Robin van Persie
Belanda 4-1 Prancis, Grup C, 13 Juni
Buah ketajaman visi Ruud van Nistelrooy dengan umpannya yang membuat Arjen Robben bebas menyayat sisi kanan pertahanan lawan. Robben yang jeli membaca momen mengirim umpan silang mendatar yang diselesaikan voli langsung Van Persie. Meski terjangkau, Coupet tetap tidak berdaya menahan laju bola.
8. Zlatan Ibrahimovic
Yunani 0-2 Swedia, Grup D, 10 Juni
Striker yang dikenal master-nya gol indah. Jalannya pertandingan seperti stagnan sampai Ibrahimovic menemukan momennya. Setelah kerjasama satu-dua dengan Henrik Larsson di luar kotak 16 meter, Ibrahimovic di menit ke-67 menggetarkan gawang Antonis Nikopolidis dengan tendangan kerasnya.
9. David Villa
Spanyol 4-1 Rusia, Grup D, 10 Juni
Gol kedua David Villa dari hat-trick yang dibukukannya. Kerjasama cantik trio David Silva, Joan Capdevila dan Andres Iniesta diselesaikan dengan dingin oleh Villa yang bebas berhadapan dengan Igor Akinfeev. Tanpa cela Villa melepaskan tendangan menyusur permukaan melewati sela kaki Akinfeev.
10. Wesley Sneijder
Belanda 3-0 Italia, Grup A, 9 Juni
Sekali lagi dari proses serangan balik. Menerima bola dari sepak pojok, Giovanni van Bronckhorst menggiring bola dan diteruskan pada Dirk Kuyt. Kuyt dengan umpannya memanjakan Sneijder yang dengan indah melepaskan tendangan silang melewati Gianluigi Buffon.

Wenger Favoritkan Jerman

2008-06-27 18:10:17
Dalam turnamen besar, baik di lingkup Eropa maupun dunia, Jerman selalu menjadi tim yang difavoritkan bakal melangkahkan kakinya ke babak final dan tak jarang diunggulkan menggondol gelar juara. Pun, begitu halnya dengan yang terjadi di pergelaran putaran final Euro 2008 yang dilangsungkan di Austria-Swiss.
Begitu hasil undian (drawing) dibuka pada 2 Desember 2007 lalu, banyak pengamat yang memproyeksikan Tim Panser melaju sampai penghujung turnamen. Alasannya ketika itu, Jerman tergabung dalam grup yang ‘empuk’ dan rute menuju babak pamungkas pun relatif “datar” dibanding tim-tim elite Eropa lainnya.
Meraih tempat di final Euro 2008—Jerman bakal menghadapi tantangan Spanyol dalam laga yang rencananya berlangsung di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria, Minggu, 29 Juni, lusa—merupakan keberhasilan Mannschaft kali kedua lolos ke final turnamen besar dalam kurun enam tahun terakhir. Yang pertama, final Piala Dunia (PD) 2002 di Jepang-Korea Selatan. Ditambah kesuksesan Michael Ballack dkk melaju ke babak semifinal PD 2006 lalu, kian pantas jika Jerman disebut sebagai tim spesialis turnamen.
Menurut manajer Arsenal asal Prancis, Arsene Wenger, faktor kunci di balik keberhasilan Jerman meraih prestasi di atas—dua kali menembus babak final dan sekali meraih tempat di semifinal dalam enam tahun—bukanlah soal teknik atau kualitas tim. Melainkan sikap mental Tim Panser yang memang terkenal lambat “panas” dan determinasi.
“Jerman adalah salah satu dari sedikit (tim) negara yang mana para pemainnya bisa “bertikai” satu sama lain, tetapi ketika turun bertanding, dibarengi sikap mental yang sangat kuat, mereka mampu menampilkan kekuatan tim yang utuh,” puji Wenger seperti yang dikutip The Telegraph. Pernyataan Wenger itu senada dengan opini legenda Jerman, Franz Beckenbauer yang menunjuk kekuatan sikap mental dan determinasi itulah yang menjadi ciri khas Tim Panser.
“Kemungkinan itu bakal terbuka jika Anda punya kemauan untuk memenangkan pertandingan,” tegas kapten Jerman, Michael Ballack, mengamini pendapat seniornya itu. Pernyataan Ballack ditujukan terhadap penampilan timnya yang pas-pasan saat berlaga di babak semifinal melawan Turki. “Kami akui tampilan kami cukup buruk. Karenanya, kami mesti berjuang sekuat tenaga di sepanjang pertandingan. Langkah kami melaju ke final tidak ditentukan dengan keindahan tampilan kami di lapangan,” ujar gelandang Chelsea tersebut.

Jumat, 27 Juni 2008

Klinsmann Puji Loew

27/06/2008 02:59
Sukses Jerman melangkah ke final Euro 2008 setelah menyingkirkan Turki 3-2, Kamis (26/6) dinihari WIB, membuat pelatih Joachim Loew bisa melepaskan bayang-bayang Jurgen Klinsmann dan sekaligus membuktikan bahwa ia lebih baik dari pendahulunya itu.

Empat tahun lalu, banyak pihak yang meragukan kemampuannya ketika Loew, 49, yang sebelumnya menjadi asisten pelatih Klinsmann, dipercaya sebagai pelatih setelah Jerman meraih peringkat ketiga di Piala Dunia 2006.

"Bagi saya ia lebih daripada seorang asisten pelatih," komentar Klinsmann mengenai pria yang menjadi penerusnya itu. Tapi meski Loew memimpin Jerman menjadi tim yang pertama lolos ke putaran final Euro 2008, ia masih belum bisa lepas dari bayang-bayang Klinsmann walau sudah menangani tim nasional selama dua tahun. Ia hanya dianggap sekadar meneruskan "revolusi" yang telah diterapkan sebelumnya oleh Klinsmann.

Sebelumnya, Klinsmann yang juga sudah dua tahun menangani tim Jerman, berhasil mengubah cara permainan timnya, dari berorientasi bertahan menjadi tim yang lebih mengutamakan permainan cepat dan menyerang. Namun dengan sukses mengantar Jerman ke final turnamen besar untuk pertama kalinya sejak Piala Dunia 2002, Loew pun kemudian mendapat pengakuan.

Setelah mengalahkan Polandia 2-0 di pertandingan perdana Euro 2008, Loew sempat dikecam ketika secara mengejutkan ditaklukkan Kroasia 1-2. Beruntung mereka berhasil mengalahkan Austria 1-0 sehingga akhirnya lolos ke babak perempat-final. Usai kekalahan dari Kroasia, Loew kemudian berjanji untuk memberikan kepada setiap pemainnya bagian dari pikiran yang ada di benaknya.
Ia meninggalkan pola 4-4-2 yang selama ini dianut oleh tim Jerman, menggantinya dengan pola baru yang lebih inovatif, yaitu pola 4-5-1. Portugal, yang sepanjang babak penyisihan tampil perkasa dan muncul sebagai salah satu tim favorit, akhirnya takluk di tangan Jerman di babak perempat-final. Tim asuhan Loew kemudian melangkah babak empat besar.
Menurut pemain belakang Per Mertesacker, Loew berhasil membawa tim Jerman ke tingkat yang lebih baik dalam dua tahun terakhir. "Saya kira jika melihat lagi ke belakang pada dua turnamen sebelumnya, kami belum pernah mencapai hasil seperti ini," kata Mertesacker, pemain asal Werder Bremen itu. "Kami telah tumbuh bersama sebagai sebuah tim, sebuah unit kerja. Tampil di kandang sendiri pada 2006 sebenarnya merupakan sebuah keuntungan bagi kami di Piala Dunia, tapi pada Euro 2008 kali ini, kami sudah matang," katanya. "Juergen Klinsmann telah pergi, tapi warisannya masih hidup. Tapi kami melangkah ke final melalui perjuangan kami sendiri, bukan karena keberuntungan," katanya.

Jadi Penonton, Villa Pasrah

2008-06-27 15:10:15
Tak terbayangkan sebelumnya oleh David Villa jika tendangan bebas yang dilakukannya di menit ke-28 babak pertama semifinal Euro 2008 antara Spanyol versus Rusia yang berlangsung di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria, tadi malam, bakal berbuntut panjang. Beberapa saat kemudian, seusai menendang free-kick tersebut, Villa tampak pincang. Akhirnya, ia pun terpaksa keluar lapangan pertandingan digantikan Francesc Fabregas.
Seusai pertandingan, pelatih Tim Matador, Luis Aragones, menutup pintu bagi Villa untuk bermain di babak final di tempat yang sama Minggu (29 Juni) lusa. Aragones memberi konfirmasi jika cedera yang dialami striker Valencia itu sebenarnya tidak terlalu parah. “Villa bakal absen di babak final. Memang cederanya tidak terlalu serius (parah). Tapi, ia tetap bakal absen karena ototnya tertarik,” tegas Aragones seperti yang dikutip BBC Sports News.
Keputusan sang pelatih gaek itu diterima Villa dengan lapang dada. Villa pun pasrah tidak dapat menambah lagi koleksi golnya di Euro 2008. Posisinya sebagai top skorer sementara terancam dapat dilampaui penyerang muda Tim Panser, Lukas Podolski. “Sekarang saya harus dapat menikmati jalannya pertandingan dari luar lapangan,” akunya.
“(Memaksa) Turun bertanding di hari Minggu bagaikan ikut berjudi. Saya mau untuk melakukannya (bertanding) meskipun saya harus bermain dengan satu kaki. Tapi, (keputusan) ini adalah untuk kebaikan tim. Masih ada para pemain lainnya yang bakal tampil lebih baik dibanding seorang pemain yang dililit cedera seperti saya,” terang Villa.
Pemain berusia 26 tahun yang isunya sedang diincar Chelsea dan Liverpool itu mengaku sangat kesal ketika ia mengalami cedera tersebut. Awalnya, saya sangat kesal dan marah. Sebab, saya tahu betul jika itu (cedera) membuat kesempatan saya tampil di babak final jadi tipis. Tapi, meski hanya jadi penonton, saya tetap akan menikmati laga di hari Minggu dan berharap dapat merayakan keberhasilan kami menggondol gelar juara Eropa,” tandas Villa.
Sementara itu, Aragones memberikan sinyal jika dengan absennya Villa, maka posisinya tetap akan diisi Fabregas. Dalam arti, di babak pamungkas Tim Matador bakal bermain dengan lima gelandang yang terbukti mampu meluluhlantakkan Rusia.
“Saya tahu betul jika ia (Fabregas) bakal mampu membuktikan kemampuannya. Seperti para pemain lainnya, ia adalah pemain yang luar biasa. Saya pikir (dengan keluarnya Villa), lebih baik untuk menambah jumlah pemain gelandang sebagai upaya untuk menguasai lini tengah dan menekan pertahanan lawan. Buktinya, gol dari Xavi (Hernandez). Jadi, tujuannya membuat mereka bebas untuk bergerak,” terang Aragones.

Peluang Lehmann 'Pukul' Wenger

2008-06-27 12:35:33
Meskipun tampil kurang meyakinkan saat mengawal gawang Jerman di babak semifinal Euro 2008 lawan Turki di Jakob-Park Stadium, Basel, Swiss, Rabu (25/6) lalu, tampaknya Jens Lehmann bakal tetap dipercayai Joachim Loew untuk menjadi benteng terakhir saat Tim Panser bertanding di partai puncak menghadapi Spanyol di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria, Minggu (29/6) lusa.
Kepercayaan Loew itu bakal digunakan Lehmann sebagai upaya pembuktian bahwa keputusan yang dibuat Arsene Wenger, manajer Arsenal, yang menolak menyodorkan kontrak baru alias perpanjangan kontraknya di Emirates Stadium adalah keliru. Karena itulah, setelah Euro 2008 usai, tepatnya 1 Juli nanti, Lehmann, kiper tertua di turnamen, bakal resmi berbalut seragam VfB Stuttgart, tim elite Bundesliga.
Meski bakal meninggalkan klub yang telah dibelanya sejak 25 Juli 2003 lalu, Lehmann mengaku tetap bangga saat ia menjadi salah satu wakil Arsenal di babak final Euro 2008. “Saya bangga bisa menjadi representatif Arsenal di babak final kejuaraan antarnegara di Eropa,” aku Lehmann seusai partai dramatis menghadapi skuad asuhan Fatih Terim.
Ketika disinggung tentang penampilannya di partai final sebagai upaya pembuktian kapabilitasnya di mata Wenger yang menolak memberinya perpanjangan kontrak selama setahun, Lehmann mengatakan, “Ya, kami pernah membicarakan soal tersebut (kontrak baru). Saya selalu mengatakan kepadanya (Wenger) bahwa saya selalu memikirkan hal tersebut,” ujar Lehmann seperti yang dikutip The Guardian.
Sejatinya, Lehmann begitu khawatir posisinya sebagai kiper utama Tim Panser terancam seiring dengan begitu minimnya kesempatan yang diberikan Wenger kepadanya untuk mengawal gawang The Gunners. Sepanjang musim lalu, Wenger lebih memilih kiper asal Spanyol, Manuel Almunia. Beruntung bagi Lehmann, Loew tetap memercayainya.
“Bagi saya, tampil di babak final sungguh berarti. Kesulitan yang saya hadapi di sepanjang musim lalu terletak di tangan manajer (Wenger). Sepanjang karir, saya merasa sangat beruntung. Setiap tim yang saya perkuat berhasil tampil di partai pamungkas turnamen di Eropa. Jadi, tentu saja, jika kali ini saya berharap dapat memenangkan pertandingan dan menggondol gelar juara,” ujarnya.
Lehmann menjadi pahlawan bagi Schalke04 dalam babak final UEFA Cup melawan Inter Milan. Ketika itu Lehmann menepis tendangan penalti Ivan Zamorano. Sayang di tahun-tahun berikutnya, nasib buruk menghampiri kiper kelahiran Essen berusia 38 tahun itu. Di final UEFA Cup 2002, Lehmann gagal mengantarkan kemenangan bagi Borussia Dortmund saat berhadapan dengan Feyenoord Rotterdam. Empat tahun kemudian, Lehmann harus keluar lapangan, diganjar kartu merah di laga final Liga Champions antara Arsenal vs Barcelona di Paris, Prancis. Di arena yang lebih bergengsi, Lehmann pun selalu kandas. Di partai puncak Piala Dunia 2002 Jerman takluk 0-2 di tangan Brasil, saat itu Lehmann hanya merupakan kiper cadangan timnas Jerman.

Fabregas Tak Mau Gagal Kedua Kali

2008-06-27 10:55:22
Bagi Francesc “Cesc” Fabregas, partai puncak Liga Champions musim 2005-06 yang berlangsung di Stade de France, Paris, Prancis, Rabu, 17 Mei 2006, tentunya bakal menjadi memori yang tak terlupakan. Mimpi Fabregas bersama Arsenal untuk meraih gelar juara antarklub Eropa untuk kali pertama kandas hanya dalam waktu 15 menit terakhir. Dua gol balasan Samuel Eto’o dan Juliano Belletti memutarbalikkan keadaan dan mengantarkan Barcelona meraih gelar Liga Champions untuk kedua kalinya.
Dua tahun berselang, Fabregas kembali mempunyai kesempatan untuk tampil di partai pamungkas turnamen besar setelah tadi malam dengan trengginas Spanyol berhasil menuntaskan perlawanan tim ‘kuda-hitam’ Rusia tiga gol tanpa balas di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria. Meskipun tidak didaulat sebagai man of the match, kontribusi Fabregas begitu nyata dalam men-set-up dua gol terakhir yang dilesakkan Daniel Guiza dan David Silva.
Karena itu, Fabregas bertekad menghapus memori buruk di Stade de France dan mengantarkan trofi pertama bagi Spanyol dalam 22 tahun terakhir. “Saya tahu betul pahitnya kekalahan saat berlaga di partai final. Karenanya, saya tidak ingin kembali menuai kegagalan untuk kedua kalinya,” tegas Cesc, panggilannya, seperti yang dikutip The Independent.
Sepanjang turnamen digelar, sejatinya, Fabregas merupakan pemain pilihan kedua di mata Aragones. Kapabilitas gelandang The Gunners yang baru berusia 21 tahun itu dipandang masih kalah kelas dibanding seniornya, gelandang Los Blaugrana, Xavi Hernandez, 28 tahun. Berkah bagi Fabregas datang lebih cepat tadi malam ketika striker andalan Tim Matador, David Villa terpaksa meninggalkan lapangan karena mengalami cedera paha di menit ke-34 babak pertama.
Fabregas pun membayar lunas kepercayaan pelatih gaek yang berjuluk “Si Bijak” itu dengan performa mengesankan, terutama di paro 45 menit kedua. Ketika ditanya apakah partai melawan skuad asuhan Guus Hiddink itu menjadi pertandingan terbaik sepanjang karirnya, Fabregas tak mau terlena dan jumawa. “Mungkin saja. Namun, lebih baik jika saya kembali menyaksikan tayangan ulangnya. Saya tidak berpikir kehadiran saya di lapangan (menggantikan Villa) mengubah jalannya pertandingan. Saya hanya bermain sebagaimana yang biasanya saya lakukan,” ujarnya kalem.
Menurut pemain yang begitu ‘dipuja’ pelatihnya di Emirates Stadium, Arsene Wenger, keberhasilan Spanyol melaju ke babak pamungkas Euro 2008 tidak terlepas dari keberhasilan tim menghapus beban psikologis di partai perempat final melawan Italia. Dalam laga tersebut, eksekusi Fabregas yang menjadi algojo kelima dalam adu penalti menentukan kemenangan 4-2 bagi Tim Matador. “Momen yang sangat menentukan, salah satu yang terpenting sepanjang karir saya,” akunya.
Dengan berhasil menghapus beban psikologis dan kutukan selalu gagal di babak delapan besar, Spanyol kini digadang-gadang jadi tim favorit untuk melindas Tim Panser di Wina, Minggu lusa. “Sejarah telah menanti kami. Kami harap itu jadi kenyataan. Tapi, untuk itu, (saat laga lawan Jerman) kami harus mampu menampilkan permain terbaik kami,” pungkas Fabregas.

Proyeksi Juara di Mata Publik Spanyol

2008-06-27 05:28:17
Kamis, 26 Juni, Spanyol diselimuti kegembiraan. Tim nasional sepakbola—olahraga terpopuler bersama Basket—mereka untuk pertama kalinya melaju ke partai final di turnamen utama sejak lebih dari dua dekade silam. Di jantung Madrid sebagai ibukota, puluhan ribu fans meneriakkan yel-yel “Hidup Spanyol!”
Plaza Colon yang menjadi pusat nonton bareng dimana terpasang televisi layar lebar dipenuhi umat manusia beratribut warna merah-kuning—warna bendera Spanyol. Kegembiraan menyeruak begitu tim kesayangan mereka secara pasti menggunduli Rusia 3-0 (0-0) di laga semifinal, dinihari (WIB) tadi.
Yel-yel “Spanyol! Spanyol!” dan “26 Juni, selamat tinggal Rusia!” diteriakkan fans sepanjang dan sehabis wasit Franck De Bleeckere meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan di Ernst Happel Stadion, Wina, Austria. Tidak ketinggalan bir yang membasahi kerongkongan. Pesta itu memulai optimisme publik akan gelar Euro kedua setelah 1964, walau realita di depan masih menghadang Jerman yang dikenal piawai menguasai turnamen.
“Tahun ini, ya tahun ini Spanyol juara pada Minggu nanti,” ujar Juan seperti dirangkum AFP. Kebisingan di area itu bertambah dengan sirine dan bunyi klakson kendaraan bermotor yang berkonvoi keliling kota. Tidak ada aksi anarkis dalam pesta ‘pendahuluan’ bagi publik Spanyol yang dilanda optimisme. Petugas polisi hanya berjaga-jaga dalam mengatur kemacetan lalu lintas.
Optimisme juga datang dari kalangan elite birokrasi dan bangsawan kerajaan. “Kami memiliki peluang besar (juara) pada Minggu nanti,” ujar Wakil Perdana Menteri Spanyol, Maria Teresa Fernandez de la Vega yang ikut menyaksikan langsung pertandingan di Wina, kepada stasiun televisi Cuatro.
Juga setia memberi dukungan dari tribun VIP yakni Pangeran Felipe dan istrinya, Permaisuri Laetitia. “Kami semua (rakyat Spanyol) sangat bahagia. Kami baru bisa tenang setelah tercipta gol kedua,” kata sang pangeran juga kepada Cuatro. Inilah kali pertama Spanyol mencapai final sebuah turnamen sepakbola utama, setelah takluk 0-2 atas Prancis di final Euro 1984. Selebrasi kali ini dilaporkan tidak seliar dan semegah ketika Spanyol lolos dari trauma perempat final 22 Juni tapi dipastikan akan lebih dahsyat jika Xavi Hernandez dkk berhasil mengalahkan Jerman.

Cukur Rusia, Spanyol ke Final

2008-06-27 03:39:48
Partai final Euro 2008 tidak akan menghadirkan kejutan. Setelah Jerman, Spanyol memastikan diri keluar sebagai finalis dengan mengandaskan mimpi Rusia. Tim Matador begitu superior dengan mencukur Rusia 3-0 (0-0) di Ernst Happel Stadion, Wina, Austria, Kamis (26/06) atau Jumat dinihari-WIB.

Luis Aragones tidak melakukan perubahan sama sekali dalam susunan pemain. Formasi standar 4-4-2 dipakai dan tidak ada perubahan dalam 11 pemain utama. Daftar starter ini pula yang menundukkan Rusia 4-1 di partai perdana keduanya. Sedangkan Guus Hiddink melakukan satu perubahan, Denis Kolodin yang absen karena akumulasi kartu kuning digantikan Vasily Berezutsky.

Strategi Aragones menurunkan the winning team patut diacungi jempol. Permainan Xavi Hernandez jadi lebih matang karena sudah terbiasa. Kick-off babak pertama dibunyikan wasit Franck De Bleeckere, Rusia berinisiatif mendominasi penguasaan bola. Tapi Spanyol perlahan mulai mengimbangi porsi serangan. Ancaman pertama nyaris menjebol gawang Rusia. Menit keenam Fernando Torres gagal menuntaskan peluang setelah bekerjasama apik dengan David Villa. Sepakan Torres berhasil digagalkan oleh kaki kiper Igor Akinfeev.

Empat menit kemudian giliran Villa yang membuat Akinfeev berjibaku melalui tendangan bebasnya. Sampai babak pertama berjalan 15 menit kedua kesebelasan menampilkan permainan terbuka. Menit ke-16 barulah gawang Spanyol terancam saat tendangan bebas Roman Pavlyuchenko melesat tidak jauh dari mistar gawang. Di pertengahan paro pertama hujan semakin lebat membasahi lapangan dan sepuluh menit sebelum turun minum Villa harus keluar lapangan karena mengalami cedera.

Di babak kedua, tanpa Villa yang saat ini memimpin daftar perolehan gol terbanyak, Spanyol tampil kesetanan. Belum lima menit sehabis istirahat, Xavi membuka kemenangan. Tanpa berpikir panjang, Xavi meneruskan umpan setengah badan dari Andres Iniesta. Unggul 1-0 membuat Spanyol lebih percaya diri. Sementara Hiddink memperhatikan kekuatan menyerang dengan memasukkan dua gelandang yang memiliki determinasi tinggi.

Torres tercatat paling tidak membuang dua kesempatan menggandakan keunggulan dari tiga menit. Belum lagi kerjasama apik Cesc Fabregas dan Xavi yang memberi kesan rapuhnya pertahanan Rusia. Fabregas yang masuk mengantikan Villa membuat Akinveef bekerja ekstra saat mengamankan tendangan spekulasi jarak jauh dari luar kotak 16 meter.

Gol kedua Spanyol akhirnya datang menit ke-73. Striker Daniel Guiza yang baru masuk empat menit menggantikan Torres langsung menunjukkan ketajamannya sebagai El Pichichi La Liga. Kerjasama satu-dua dengan Fabregas, Guiza menyudahi Akinfeev dengan bola lob. Rusia terkejut dan langsung merespon. Beberapa peluang yang dimiliki Pavlyuchenko tidak ada yang menghasilkan gol.

Asyik menyerang, stabilitas lini pertahanan menurun. Ini pula yang dimanfaatkan dengan jeli oleh anak asuh Aragones. Gol ketiga yang menutup kemenangan mengesankan terjadi di memit ke-82. Memanfaatkan serangan balik kerjasama Iniesta dan Fabregas. Silva yang ikut bergerak masuk ke dalam kotak penalti lawan dengan dingin mengelabui Akinfeev menggunakan kaki. Menjelang usai Rusia juga tidak mampu menghasilkan gol balasan. Satu di antaranya yakni peluang dari sundulan Dmitriy Sychev yang diselamatkan Iker Casillas.

Susunan pemain:
Rusia (4-4-1-1):1-Igor Akinfeyev; 22-Alexander Anyukov, 2-Vasily Berezutsky, 4-Sergei Ignashevich, 18-Yuri Zhirkov (kk); 11-Sergei Semak, 17-Konstantin Zyryanov, 20-Igor Semshov (15-Diniyar Bilyaletdinov 56 (kk)), 9-Ivan Saenko (21-Dmitri Sychev 57); 10-Andrei Arshavin; 19-Roman Pavlyuchenko.
Pelatih: Guus Hiddink
Spanyol (4-4-2):1-Iker Casillas; 15-Sergio Ramos, 5-Carles Puyol, 4-Carlos Marchena, 11-Joan Capdevila; 19-Marcos Senna; 6-Andres Iniesta, 8-Xavi (14-Xabi Alonso 69), 21-David Silva; 7-David Villa (10-Cesc Fabregas), 9-Fernando Torres (17-Daniel Guiza 69).
Pelatih: Luis Aragones

Donadoni Resmi Tinggalkan Gli Azzuri

2008-06-26 21:05:05
Terjawab sudah nasib Roberto Donadoni. Benar saja pemberitaan yang keluar beberapa hari lalu. Bahkan lebih cepat dari prakiraan semula dimana pada hari Jumat (26 Juni), disebutkan bahwasanya Federasi Sepakbola Italia (FIGC) bakal mengambil keputusan terkait masa depan Donadoni sebagai pelatih Timnas Italia.
Performa Italia di Euro 2008 memang sangat mengecewakan. Dengan menyandang predikat juara dunia, Gli Azzurri nyaris terlempar dari persaingan di putaran pertama. Berhasil lolos dari Grup C, Italia tidak sanggup melewati Spanyol yang menang melalui drama adu eksekutor titik penalti. Dari empat pertandingan Italia hanya mencetak tiga gol.
Catatan itu terus diungkit-ungkit media Italia dan digunakan untuk mengecam dan menyerang Donadoni agar turun dari jabatannya. Donadoni sedari pascakekalahan menolak untuk mengundurkan diri. Mantan pelatih Livorno itu bahkan bersikeras tidak akan menerima kompensasi sepeserpun jika memang dipecat.
Pada pertemuan yang digelar hari ini, Kamis, 26 Juni, FIGC akhirnya mengeluarkan keputusan yang bisa diterka sebelumnya. Otoritas sepakbola Negeri Spaghetti itu resmi memutuskan Donadoni tidak lagi aktif menjabat pelatih Gli Azzurri. Kontrak Donadoni dinyatakan tidak lagi dilanjutkan atau dengan kata lain dipecat.
“FIGC mengkonfirmasi bahwasanya kontrak Donadoni dinyatakan tidak berlaku lagi. Presiden FIGC, (Giancarlo) Abete bertemu Donadoni hari ini di kantor pusat (FIGC) dan dalam pertemuan itu dihasilkan keputusan kerja Donadoni dinyatakan berahir setelah dua tahun atau pascaEuro 2008.” Demikian penyataan resmi dari situs FIGC yang dilansir Football Italia.
Kontrak berjalan Donadoni sedianya diperpanjang sampai 2010, tapi terdapat klausul yang menyatakan masa kerja akan berakhir jika tidak terdapat kesepahaman dari salah satu pihak. Klausul itulah yang dipakai oleh FIGC. Meski diputus kontrak FIGC tetap menaruh respek pada mantan bintang AC Milan itu. Media Italia memberitakan sepakat bahwa Marcello Lippi setuju kembali ke jabatan yang membuat Italia meraih gelar juara dunia untuk keempat kalinya.

Rustu Ikuti Jejak Terim

2008-06-26 17:10:59
Angka 118, mungkin, jadi angka favoritnya Rustu Recber. Pasalnya, di saat jumlah penampilannya bersama Timnas Turki mencapai 118 kali—jumlah tertinggi yang dicapai seorang pemain Turki—Rustu, kiper kelahiran Antalya berusia 35 tahun itu memutuskan untuk mengundurkan diri dari skuad Ay-Yıldızlılar.
Keputusan pensiun dari timnas yang telah diperkuatnya sejak 1993 itu diungkapkan Rustu seusai kekalahan yang diderita skuad asuhan Fatih Terim di tangan Jerman dalam babak semifinal Euro 2008 yang berlangsung di Jakob-Park Stadium, Basel, tadi malam.
“Saya putuskan karir internasional saya berakhir ini di sini. Selama 14 tahun saya mengabdi bersama timnas dengan penuh rasa bangga. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang selama ini telah membantu saya. Saya bangga dengan rekan-rekan setim. Saya harap publik Turki mendukung mereka. Sebab, tim ini pantas untuk meraih kesuksesan di masa yang akan datang,” tegas Rustu seperti yang dilansir di situs resmi Euro 2008.
Datang ke Austria-Swiss sebagai kiper nomor dua, Rustu nyaris hanya berdiam diri di bangku cadangan sepanjang turnamen digelar. Nasib Rustu berubah seketika saat kiper utama pilihan Terim, penjaga gawang Fenerbahce, Volkan Demirel, mendapat kartu merah saat laga ‘hidup-mati’ di partai terakhir penyisihan Grup A melawan Republik Ceska, 15 Juni lalu.
Rustu memulai debutnya di Euro 2008 saat laga perempat final ketika Turki secara sensasional mengandaskan tim yang jauh lebih diunggulkan, Kroasia, lewat adu penalti di Ernst Happel Stadium, Wina, 20 Juni lalu. Andil Rustu sangat kentara dalam pertandingan ini: menggagalkan tiga tendangan algojo The Blazers: Luka Modric, Ivan Rakitic, dan Mladen Petric.
Sayang, di laga semifinal menghadapi kandidat juara, Jerman, Rustu membuat kesalahan mendasar yang membuat gawangnya jebol untuk kali kedua lewat sundulan striker Tim Panser, Miroslav Klose. Di menit-menit akhir pertandingan, Rustu pun tak kuasa mengantisipasi tendangan bek Philipp Lahm yang mencetak gol ketiga dan penentu kemenangan Jerman.
Langkah yang diambil Rustu itu segendang sepenarian dengan sikap yang diambil bosnya, Terim, yang juga bakal meninggalkan Crescent Stars. Adalah Terim, 54 tahun, sosok yang kali pertama menemukan bakat terpendam dalam diri Rustu ketika ia baru bergabung bersama klub lokal Turki, Antalyaspor, pada 1991 lalu.

Aragones Tak Akan Ubah Formasi

2008-06-26 15:50:29
Dengan susah payah, tim yang difavoritkan menjadi juara Euro 2008, Jerman, akhirnya berhasil lolos dari ‘lubang jarum’ saat bertemu tim ‘kuda-hitam’, Turki dalam babak semifinal pertama yang digelar di Jakob-Park Stadium, Basel, Rabu (25/6) malam. Meskipun tidak tampil sebagaimana mestinya atau sesuai standar, dengan formasi the winning team saat menghadapi Portugal, Jerman yang lebih diunggulkan mampu menahan imbang skuad asuhan Fatih Terim di 45 menit pertama, dan kemudian berbalik unggul di 45 menit kedua.
Keberhasilan tim unggulan menaklukkan tim underdogs itulah yang kini hendak diulangi Luis Aragones bersama pasukannya, Spanyol saat berlaga di semifinal kedua menghadapi tantangan Rusia di Ernst Happel Stadium, Wina, Kamis (26/6) malam nanti. Pasalnya, mirip dengan lakon Jerman vs Turki, Tim Matador pun lebih diunggulkan saat menghadapi skuad asuhan Guus Hiddink. Aragones berharap Iker Casillas dkk mampu kembali tampil di partai pamungkas seperti yang ditunjukkan skuad Spanyol di Euro 1984.
Untuk itu, Aragones berniat bakal tetap mempertahankan formasi inti yang terbukti menghasilkan kemenangan saat Spanyol tampil dominan dalam dua laga awal penyisihan grup plus kemenangan atas juara dunia Italia di babak perempat final. Mantan pelatih Atletico Madrid yang telah berusia 70 tahun itu mengaku tak peduli dengan kondisi fisik Andrei Arshavin dkk yang disebut-sebut jauh lebih fit dan bertenaga dibanding Casillas dkk.
“Kami tidak akan melakukan perubahan (susunan pemain),” tegas ‘Si Bijak”, panggilan Aragones, seperti yang dikutip Goal. “Kondisi fisik mereka (pemain Rusia) memang top. Namun, kami pun memiliki kualitas yang lain. Yang kami butuhkan adalah strategi yang bakal dijalankan di tengah lapangan. Saya pun percaya jika secara fisik, Rusia tim terbugar di turnamen ini. Meski demikian, kami harus dapat mencari sisi kelemahan mereka dan mencoba mengambil keuntungan,” imbuhnya.
Dari 23 pemain yang dibawa Hiddink ke Austria-Swiss, hanya seorang pemain yang berstatus “asing” atau bermain di luar Russian Premier League (kompetisi divisi utama Rusia), yaitu gelandang serang FC Nuremberg (Bundesliga), Ivan Saenko, 24 tahun. Mengacu waktu kompetisi yang berbeda dengan umumnya di Eropa—Liga Premier Rusia dimulai pertengahan Maret sampai pertengahan November tahun berjalan—wajar jika kondisi fisik para pemain Rusia dinilai lebih segar dan bugar dibanding tim-tim lain.
“Tidak ada yang menolak jika dikatakan mereka lebih fit dan kuat. Jumlah laga yang harus dilalui mereka (para pemain Rusia) lebih sedikit. Itulah fakta yang tidak bisa dihindari. Meski demikian, kami pikir kami punya daya intelektual yang cukup untuk memaksimalkan kemampuan kami dan memanfaatkan kesalahan (kelemahan) mereka,” tandas Aragones.
Ketika disinggung tentang latar belakang di balik keputusannya menurunkan the winning team, Aragones menunjuk kondisi fisik kesebelas pemain inti yang tidak bermasalah—terlilit cedera atau faktor akumulasi kartu. “Tidak ada satu pun dari pemain kami yang mengalami cedera. Perubahan (formasi tim) bisa dilakukan. Namun, sejauh ini mereka tampil baik. Nah, kalau seorang pelatih menilai kinerja mereka baik, buat apa melakukan perubahan (pergantian),” pungkasnya.

Rabu, 25 Juni 2008

Terim Siap Tinggalkan Timnas

2008-06-26 05:25:37
Euro 2008 menjadi pembuktian kehebatan pelatih Timnas Turki, Fatih Terim. Ia sanggup membawa Turki, tim yang tidak difavoritkan, melaju sampai semifinal sebelum akhirnya ditundukkan Jerman dengan skor tipis 2-3. Perjalanan Turki ke semifinal sendiri sama sekali bukan perjalanan mudah, selain menundukkan tim-tim kuat, tuan rumah Swiss, Republik Ceska, serta Kroasia, mereka melakukannya dengan materi pemain jauh dari sempurna.
Bagaimanapun, tampaknya sudah bulat tekad Terim untuk meninggalkan Timnas Turki pasca kekalahan mereka dari Jerman. Ke depan, ia ingin menjadi salah satu pelatih di klub Eropa. “Saya harus mengatakan bahwa saya kemungkinan tidak akan bekerja di Turki pada musim depan. Saya adalah seseorang yang memegang janji. Saya kemungkinan akan kembali (melatih) ke klub Eropa. Namun, bukan saya yang akan membuat pengumuman (resmi),” papar Terim seperti dilansir yahoosports.
Ia menambahkan: “Saya telah mengadakan pembicaraan dengan Federasi (Sepakbola Turki) sebelum membuatnya (keputusan) resmi. Saya telah mengucapkan selamat tinggal pada para pemain dan kini semuanya berakhir seiring dengan berakhirnya turnamen ini”.
Terim pun memuji penampilan anak-anak asuhnya, yang meski harus menelan kekalahan namun telah menampilkan salah satu permainan terbaiknya. Dengan sedikit hiperbolis, Terim menyebut bahwa hasil yang mereka capai saat ini akan selalu berada dalam benak pecinta sepakbola. “Kami telah melakukan sesuatu yang Turki tidak mampu lakukan dalam 70 atau 80 tahun. Para pemain seharusnya tidak merasa buruk (terhadap kekalahan ini). Ya mereka kalah, tentu saja kami telah tersingkir, namun itu adalah hari ke-47 kami bersama, dan tidak mudah untuk bekerja di saat orang lain sedang berlibur. Mereka berada di sini untuk negaranya, dan saya bangga akan hal itu, apa yang mereka lakukan adalah hal penting, dan kuharap mereka dapat meraih sukses di masa depan,” tutur mantan pelatih AC Milan ini.
Sempat timbul pendapat bahwa Turki akan mengulangi kebiasaan tim-tim kelas menengah, berprestasi di satu ajang, namun terpuruk di ajang selanjutnya. Apalagi Turki juga pernah melakoni hal seperti itu, mereka sukses mencapai semifinal pada Piala Dunia 2002, namun gagal ambil bagian dalam dua turnamen besar selanjutnya, Euro 2004 dan Piala Dunia 2006.
Menanggapi hal ini, Terim tidak sependapat. Ia yakin bahwa di masa depan, Turki mampu menjaga konsistensinya berlaga di turnamen-turnamen akbar. “Saya percaya bahwa tim seperti Turki harus ambil bagian dalam turnamen seperti ini, hal ini penting untuk menjaga konsistensi. Kamu bisa saja datang sebagai yang pertama maupun terakhir, namun penting sekali untuk berada di sini,” tandas Terim.

Jerman Selamat, Turki Kalah Terhormat

2008-06-26 03:40:20
Tidak ada keajaiban yang terjadi di Jakob-Park Stadium, Basel, Swiss. Dalam laga semifinal Euro 2008, kandidat jawara, Jerman dengan susah payah berhasil menjegal langkah tim pembunuh raksasa, Turki 3-2 (1-1). Dengan kemenangan ini Jerman lolos ke partai pamungkas dan akan berhadapan dengan pemenang partai semifinal lainnya antara Rusia versus Spanyol yang baru berlangsung esok malam di Wina.
Menghadapi tim kandidat juara, Jerman, di partai sepenting semifinal Euro 2008, pelatih Turki, Fatih Terim terpaksa menurunkan formasi dadakan, 4-1-4-1, menyusul sembilan pemain intinya—tiga di antaranya bermain sebagai center-back—yang tidak bisa tampil akibat faktor cedera dan akumulasi kartu. Gelandang Mehmet Topal digeser sebagai bek tengah berduet dengan Gokhan Zan. Sebagai holding midfielder, Terim menugaskan gelandang bertahan Fenerbahce, Mehmet Aurelio yang telah bebas dari hukuman kartu.
Sementara itu, Tim Panser tetap menurunkan komposisi pemain seperti saat menggulingkan tim favorit lainnya, Portugal di babak perempat final. Meskipun gelandang berpengalaman, Torsten Frings dinyatakan fit, Joachim Loew tetap memilih memainkan the winning team dengan formasi 4-2-3-1. Sebagai gelandang bertahan, Loew menurunkan Simon Rolfes dan Thomaz Hitzlsperger. Tiga pemain di belakang Miroslav Klose yang sendirian di lini depan, Jerman mengandalkan trio Bastian Schweinsteiger, kapten tim Michael Ballack, dan Lukas Podolski.
Sejak kick-off dibunyikan wasit Massimo Busacca (Swiss), Jerman sebenarnya berusaha mengendalikan ritme pertandingan dengan melakukan possession football. Namun, justru Turki, yang kemudian balik menekan pertahanan Tim Panser. Di menit ketujuh, gelandang sayap kanan Kazim Kazim melepaskan tendangan keras dari jarak 25 meter. Sayang, bola mengarah tepat dalam pelukan Jens Lehmann. 30 detik kemudian, bek Phillip Lahm membuat blunder yang nyaris harus dibayar mahal. Bola di kaki Lahm berhasil dicuri Hamit Altintop. Untung Lehmann bergerak cepat mempersempit ruang tembak dan memblok sepakan Hamit.
Sejak saat itulah, Turki boleh dibilang menguasai jalannya permainan. Lini tengah berhasil dikuasai anak-anak asuhan Fatih Terim seiring dengan penampilan apik Mehmet Aurelio yang sukses mematikan Ballack. Di menit ke-13, Kazim Kazim nyaris mencetak gol ketika tendangannya membentur mistar gawang Lehmann. Gempuran Turki akhirnya membuahkan hasil di menit ke-22. Bermula dari aksi bek kanan Sabri Sarioglu yang melepaskan umpan mendatar ke kotak penalti. Bola ditendang Kazim Kazim dan kembali membentur mistar gawang. Kali ini, bola rebound kembali ke zona permainan dan disambar Ugur Boral dan tak mampu ditepis Lehmann. 1-0 untuk Turki. Gol pertama Boral bagi Ay-Yıldızlılar.
Namun, keunggulan Turki tak bertahan lama. Empat menit kemudian, lewat serangan balik yang cepat, Tim Panser berhasil menyamakan kedudukan lewat flick Bastian Schweinsteiger yang mendapat bola crossing dari Lukas Podolski. Skor menjadi 1-1. Publik Jerman berharap gol penyeimbang kedudukan itu bakal menaikkan moral Ballack dkk. Tapi, itu tidak terbukti. Turki membuktikan mereka punya mental baja dan tetap memegang kendali jalannya pertandingan.
Di menit ke-31, Lehmann nyaris membuat blunder dalam mengantisipasi tendangan bebas Hamit. Beruntung bagi Jerman, Lehmann masih mampu mentip bola sepakan Hamit. Tiga menit kemudian, Podolski membuang peluang emas. Lolos dari jebakan off-side, tembakan Poldi—julukannya—meluncur tipis di atas mistar gawang Rustu. Turki membalas lewat tendangan bebas Boral yang harus ditinju Lehmann. Sampai jeda tiba, skor 1-1 tetap bertahan.
Di awal babak kedua Loew menurunkan Frings menggantikan Rolfes yang mengalami cedera di kepalanya. Masuknya Frings membuat lini tengah Tim Panser lebih bertenaga. Lima menit setelah peluit berbunyi, Jerman nyaris mendapat hadiah tendangan penalti ketika Lahm terjatuh di kotak 16 meter. Namun, wasit Busacca menilai ganjalan Sabri Sarioglu bukan merupakan pelanggaran.
Jerman kembali mendapat kans membobol gawang Rustu di menit ke-55, namun sepakan kaki kiri Hitzsperger masih melambung di atas mistar. Dua menit kemudian, peluang kembali menjadi milik Jerman. Ballack diganjal beberapa meter di luar kotak penalti, yang membuat wasit memberi hadiah tendangan bebas. Posisi yang ideal bagi Ballack untuk mencetak gol lewat tendangan bebas, namun kali ini tendangan Ballack masih membentur pagar betis.
Turki kemudian banyak melakukan pelanggaran, sementara di sisi lain, permainan Jerman makin terfokus. Turki mendapat peluang lewat Boral di menit ke-73 melalui tembakan Boral yang masih terarah lurus ke pelukan Lehmann. Jerman membalasnya 30 detik kemudian, kembali sepakan Hitzsperger masih belum menemui sasaran.
Memasuki menit ke-79, Stadion St. Jakob bergemuruh oleh sorak sorai pendukung Jerman menyambut gol Miroslav Klose. Gol ini bermula dari gagalnya Rustu Recber mengantisipasi crossing Phillip Lahm. Bola tersebut mengarah ke Miroslav Klose, yang tanpa ksulitan menyundulnya ke gawang yang sudah kosong.
Empat menit menjelang babak kedua berakhir, Turki seolah dapat mengulang kehebatannya yang telah diperlihatkan pada tiga pertandingan sebelumnya, dengan mencetak gol balasan. Skor pun berubah menjadi 2-2. Pergerakan Sabri, mampu membuat Phillip Lahm terkecoh. Kemudian, ia pun mengirim umpan mendatar tertuju pada Semih Senturk. Dari sudut sempit, Semih melepaskan tendangan yang tidak mampu diantisipasi Lehmann.
Jerman membuktikan kalau merekalah pemilik semangat pantang menyerah sesungguhnya. Diawali pergerakan Lahm menyisir sisi kanan pertahanan Turki, ia kemudian mengirim bola pada Hitzsperger. Bagai memainkan operan satu dia, Hitzsperger mengirim kembali bola tersebut pada Lahm yang sudah menyeruak masuk kotak penati Turki. Tanpa pengawalan, Lahm menembak bola yang menggetarkan jala Turki.
Kali ini, Turki tidak mampu menciptakan keajaiban seperti yang telah mereka lakukan pada tiga pertandingan sebelumnya. Tidak ada gol balasan tercipta di waktu tersisa. Turki pun tersingkir dari pentas ini, namun mereka tidak pantas untuk tertunduk malu. Skuad Turki pantas keluar lapangan dengan kepala tegak setelah mampu memperlihatkan bahwa semangat dan kerja keras dapat mengubah suatu hal mustahil menjadi terwujud.
Susunan Pemain:
Jerman:
Pelatih: Joachim Loew
Formasi: 4-2-3-1
1-Jens Lehmann; 16-Philipp Lahm, 21-Christoph Metzelder, 17-Per Mertesacker, 3-Arne Friedrich; 6-Simon Rolfes (8-Torsten Frings), 15-Thomas Hitzlsperger; 7-Bastian Schweinsteiger, 13-Michael Ballack, 21-Lukas Podolski; 9-Miroslav Klose (2-Marcell Jansen).
Turki:
Pelatih: Fatih Terim
Formasi: 4-1-4-1
1-Rustu Recber; 3-Hakan Balta, 4-Gokhan Zan, 6-Mehmet Topal, 20-Sabri Sarioglu (KK); 7-Mehmet Aurelio; 16-Ugur Boral (10-Gokdeniz Karadeniz), 19-Ayhan Akman (21-Mevlut Erding), 22-Hamit Altintop, 18-Kazim Kazim (11-Tumer Metin); 9-Semih Senturk (KK).

Metzelder Tunggu Spanyol di Final

2008-06-25 23:35:09
Memasuki babak semifinal Euro 2008, tinggal dua tim favorit yang masih bertahan, yakni Jerman dan Spanyol. Melihat kekuatan yang ada, para petaruh tentu menjagokan Jerman dan Spanyol bertemu di final. Jerman diyakini akan mampu menghadapi kekuatan ‘kuda hitam’ Turki, sedangkan Spanyol diprediksi masih lebih tangguh dari skuad asuhan Guus Hiddink, Rusia.
Keyakinan serupa juga dimiliki oleh Cristoph Metzelder. Bek Jerman yang kini bermain di Real Madrid. Ia sangat berharap dapat bermain melawan negara tempatnya mencari nafkah. Mantan pemain Borussia Dortmund ini menantikan pertarungan melawan rekan-rekan seklub seperti Sergio Ramos, dan Iker Cassilas. Meski pada kenyataannya mereka tidak akan bertarung langsung lantaran ketiganya bermain sebagai pemain bertahan.
“Kami berdua (Jerman dan Spanyol) adalah dua tim favorit,” ujer Metzelder seperti dilansir situs resmi Real Madrid. Ia menambahkan:”Spanyol adalah tim yang kuat dengan pemain-pemain berkualitas dan Jerman memiliki kekuatan fisik prima, dan di atas semuanya, kami memiliki mental juara”.
Ia meneruskan: “Saya akan senang bermain melawan Spanyol di final. Pertama kami harus mengalahkan Turki, dan kemudian berharap Spanyol mampu mengalahkan Rusia, dan kita dapat menatap pertandingan besar. Spanyol adalah tempat saya tinggal sekarang dan diriku memiliki hubungan khusus dengan negara tersebut”.
Keinginan menghadapi Spanyol di partai pamungkas sebelumnya sudah pernah dilontarkan oleh kubu Turki, dalam hal ini melalui Nihat Kahveci. Namun khusus untuk Nihat, sekalipun Turki mampu lolos ke final dan menantang Tim Matador, dirinya tetap hanya berstatus penonton, lantaran dibekap cedera.
Mengenai partai melawan Turki, meski sejauh ini Jerman menjadi favorit, ditambah skuad Turki yang sedang compang-camping, Metzelder sama sekali tidak menganggap enteng lawannya tersebut. “Kami tahu akan sangat sulit (menghadapi Turki) sebab kami akan menghadapi tim yang terus berjuang sampai menit terakhir,” tandas Metzelder.

Donadoni Tak Butuh Pesangon

2008-06-25 18:40:47
Beberapa hari sebelum putaran final Euro 2008 di Austria-Swiss dimulai, Roberto Donadoni menandatangani perpanjangan kontraknya bersama Timnas Italia. Sejatinya, durasi kontrak mantan pelatih Livorno itu bakal berakhir seusai Euro 2008 berlangsung. Dalam kontrak barunya itu, Donadoni diberi kesempatan oleh Federasi Sepakbola Italia (FIGC) untuk menangani Gli Azzurri sampai berakhirnya putaran final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Namun, menurut media massa Italia, terselip klausul khusus dalam kontrak baru yang diteken Donadoni. Intinya, dalam klausul tersebut FIGC dapat memutus kontrak Donadoni di tengah jalan apabila Fabio Cannavaro dkk gagal menunjukkan prestasinya di Euro. Batasannya, Donadoni “divonis’ harus mampu mengantarkan Italia menembus empat besar Eropa alias babak semifinal. Jika tidak, ya itu tadi, Donadoni bakal mendapat surat pemutusan hubungan kerja.
Karena itulah, seiring dengan kegagalan Italia di tangan Spanyol dalam duel adu penalti di babak perempat final Euro 2008 yang berlangsung di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria, Minggu, 22 Juni, lalu, nasib Donadoni sebagai allenatore timnas pun kencang dipertanyakan. Bahkan, media massa ternama di Inggris, BBC, berani mengklaim FIGC telah mencopot Donadoni dari jabatannya, Selasa, 24 Juni, kemarin.
Tak lama berselang, FIGC, seperti yang dilansir Channel4, merilis pernyataan resmi yang pada pokoknya menegaskan jika sampai saat ini FIGC belum mengambil keputusan apapun terkait soal Donadoni. “Kami bakal membuat keputusan dalam beberapa hari ke muka,” demikian statement resmi FIGC menyikapi isu diadakannya pertemuan empat mata antara Donadoni dengan Presiden FIGC, Giancarlo Abete.
Yang menarik, timbul spekulasi bahwasanya FIGC telah menyodorkan dana kompensasi atau pesangon kepada mantan pelatih Livorno tersebut. Besarnya dana yang ditawarkan mencapai 450 ribu pound atau sekitar Rp 8,2 miliar. Donadoni mengaku tak membutuhkan uang seperti itu.
“Saya menolak hal tersebut (kompensasi) seperti yang diinginkan Abate di hari ketika saya meneken kontrak. Saya tidak peduli dengan soal finansial (duit). Andaikata ia (Abate) tidak lagi menginginkan saya (menanganti timnas), dengan sukarela saya akan meletakkan jabatan saya,” tegas Donadoni seperti yang dikutip Channel4.
Spekulasi yang beredar, Donadoni bakal diminta mundur di hari Jumat. Di awal pekan depan, Senin atau Selasa, FIGC akan kembali menunjuk Marcello Lippi sebagai pelatih Gli Azzurri.

Gaya Main Italia Bikin Toni Merana

2008-06-25 17:11:00
Betapa tinggi ekspektasi publik Italia pada skuad Gli Azzuri menuju Euro 2008. Berpredikat kampiun Piala Dunia dua tahun lalu, Italia disokong lini depan mentereng. Di posisi ujung tombak ada Luca Toni yang bermain gemilang di Bayern Muenchen. Belum lagi keberadaan ‘Singa Tua’ Alessandro Del Piero.
Toni tidak perlu diragukan kapasitasnya. Musim pertamanya di Bundesliga dilewati dengan menyabet gelar ‘sepatu emas’ dengan raihan 24 gol. Total untuk seluruh kompetisi yang diikuti Bayern, Toni mengemas 39 gol. Apa yang dibukukan tidak mengejutkan karena pada musim 2005-06 ia menyabet gelar capocannonieri Serie A sewaktu membela Fiorentina dan sumbangsih dua gol di Piala Dunia 2006.
Del Piero yang baru kembali bersama Juventus ke Serie A merengkuh gelar capocannonieri musim lalu dengan torehan 21 gol. Semakin santer saja teror yang mengiringi langkah Italia menuju Austria-Swiss. Kenyataan berbicara lain. Tidak sekalipun gol dilesakkan Toni dan juga tim serbu arahan Roberto Donadoni.
Dari tiga gol, dua di antaranya dijaringkan gelandang mereka dan satu lainnya dilesakkan oleh pemain bertahan. Italia akhirnya kandas di babak perempat final dengan kekalahan lewat drama adu tos-tosan dari Spanyol. Khusus Toni yang selalu menjadi starter, media massa Italia menyerangnya dengan kecaman beruntun. Ironisnya, Toni mendapat pembelaaan dari media massa Jerman.
Dalam pemberitaannya salah satu surat kabar berpengaruh Jerman, Bild, melaporkan: “Dalam gaya main Italia dengan taktif negatif—mengutamakan perkuatan lini pertahanan (catenaccio), Toni bermain seorang diri sebagai striker. Bermain di Bayern dia menerima bola yang apik dan tidak jauh dari Franck Ribery dan/atau Miroslav Klose”.
Ketika bermain untuk Italia Toni kerap kali terisolasi di depan. Beberapa peluang memang diperoleh namun tidak bisa dikatakan matang. “Naluri membunuhnya hilang karena rekan-rekannya di Italia sering mengumpan bola lambung namun minim akurasi,” sambung Bild. “Ia harus melupakan dengan segera malapetaka di Euro 2008”.
Media massa Jerman juga menklaim bahwa Toni beberapa kali mengirim pesan singkat atau SMS pada Klose yang merupakan duet padunya di Bayern tentang kondisinya. Toni mengatakan pada Klose kalau ia tidak bisa menjalin kerjasama yang apik dengan rekan-rekan setimnya di Italia.