Rabu, 09 Juli 2008

Mein Kampf (Perjuanganku)

Adolf Hitler [Mein Kampf]
Penerbit Narasi, 979-168-033-7, 375 halaman.

Setelah Perang Dunia I ekonomi Jerman bangkrut. Pabrik-pabrik Jerman ditutup. Enam juta orang hidup dalam kemelaratan, tanpa pekerjaan, dan Jerman-pun dilanda keputusasaan.

Dekade 30-an …
Adolf Hitler mulai menancapkan taringnya dengan ide-ide yang sensasional dan super gila. Dalam kerangka sejarah sebagai catatan pertarungan ras-ras manusia, ia meyakini bahwa ras Arya-Jerman adalah pemimpin dunia. Ras rendahan bangsa Yahudi dan Slavia harus dilenyapkan. Pada titik itu mulai digelar teror “Lebensraum” (konsep ruang hidup) dalam bentuk-bentuk ekspansi Jerman ke penjuru dunia. Semua orang tinggal menanti kapan gilirannya akan tiba!

Ambisi-ambisi Hitler ini termuat dalam Mein Kampf (Perjuanganku) yang dianggap sebagai injil kaum Nazi. Mein Kampf ditulis di dalam penjara, memuat skenario Hitler agar Jerman dapat menguasai dunia;

“Apa yang harus kita perjuangkan adalah untuk melindungi eksistensi dan reproduksi bangsa dan rakyat kita, pemeliharaan anak-anak kita dan kemurnian darah kita, kebebasan dan kemerdekaan tanah air, sehingga rakyat kita mungkin menjadi matang untuk pemenuhan misi yang diwajibkan padanya oleh pencipta jagad raya.”


Ich merupakan salah satu penggemar berat Adolf Hitler. Menurut Ich, Hitler itu adalah seorang diktator tersukses di dunia (diantaranya juga Napoleon Bonaparte, Saddam Hussein, Fidel Castro, dsb) dalam meninggikan derajat bangsanya. Yang paling Ich suka dari Adolf yaitu kepribadiannya yang tegas dan sangat ambisius. Trus satu lagi yang bikin Ich nge-fans banget sama Om Adolf tu ya, beliau ngotot menumpas orang-orang Yahudi. Coba, Kalau Adolf Hitler Sekarang masih ada, mungkin saudara-saudara kita di Palestina bisa hidup dengan tenang, aman dan merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya.

Kamis, 03 Juli 2008

Spanyol Puncaki Ranking FIFA

2008-07-02 17:25:40
Untuk kali pertama sejak Badan Sepakbola Dunia (FIFA) mengeluarkan ranking alias FIFA World Ranking secara reguler per bulan pada 1993, Spanyol berhasil menduduki posisi puncak. Prestasi menakjubkan ini tentunya tidak terlepas dari prestasi mereka yang tiga hari lalu memastikan diri merebut gelar juara Euro 2008 di Austria-Swiss.
La Furia Roja pada Minggu (29/06) lalu sukses menyudahi puasa gelar selama 44 tahun dengan menundukkan Jerman 1-0 lewat gol Fernando Torres di Ernst Happel Sadion, Wina, Austria. Prestasi itu membuat Spanyol menjadi tim keenam yang pernah merasakan duduk memimpin ranking. Lima yang lebih dulu yakni Brasil, Prancis, Italia, Jerman dan Argentina.
Spanyol bulan lalu sejatinya hanya menduduki peringkat keempat. Kini poin yang dikumpulkan Tim Matador menjadi 1.557. Italia yang dikalahkan Spanyol di babak perempat final berada di peringkat kedua dengan 1.404 poin. Jerman sebagai runner-up Euro naik dua tingkat ke posisi ketiga dengan total poin mencapai 1.364. Brasil dan Belanda melengkapi peringkat lima besar dengan masing-masing mengumpulkan 1.344 dan 1.299 poin.
Sebagai catatan, inilah kali pertama sejak 1993 Brasil terdepak peringkatnya dari posisi tiga besar. Lalu bagaimanan dengan Argentina, pemuncak bulan lalu? Tim Tango turun lima anak tangga atau kini menempati posisi keenam. Sedangkan Kroasia, Republik Ceska, Portugal dan Prancis menempati posisi tujuh sampai 10. Menyusul hasil mengejutkan di Euro, Rusia meroket ke posisi 11 atau naik 13 tingkat.
Bagaimana dengan posisi Indonesia? Posisi Tim Merah Putih turun tiga level, kini menduduki peringkat 132, atau berada di posisi 21 dalam zona Asia (Konfederasi Sepakbola Asia—AFC). Peringkat tertinggi se-Asia Tenggara masih menjadi milik Thailand (111) dan diikuti oleh Vietnam (124) dan Singapur (127). Malaysia dan Filipina berada di posisi 166 dan 169.
Berikut 20 besar World ranking FIFA, Juni 2008:
*(Ranking, negara, poin)
1. Spanyol (1.557)
2. Italia (1.404)
3. Jerman (1.364)
4. Brasil (1.344)
5. Belanda (1.299)
6. Argentina (1.298)
7. Kroasia (1.282)
8. Republik Ceska (1.146)
9. Portugal (1.104)
10. Prancis (1.053)
11. Rusia (1.023)
12. Rumania (1.021)
13. Kamerun (1.011)
14. Turki (1.010)
15. Inggris (1.003)
16. Skotlandia (988)
17. Bulgaria (930)
18. Yunani (911)
19. Meksiko (906)
20. Ghana (885)
132. Indonesia (223)

Turki Perpanjang Kontrak Terim

2008-07-01 21:50:08
Gelaran Euro 2008 telah berakhir, dengan Spanyol berdiri kokoh sebagai juaranya. Namun, ada satu tim yang mampu mencuri begitu banyak perhatian publik penikmat sepakbola, Turki. Tak heran jika Ay-Yıldızlılar 2008 akan dikenang sebagai tim dengan semangat bertanding luar biasa. Tiga kali mereka berada di ambang kekalahan, namun Turki selalu mampu membalikkan keadaan.
Di balik performa kesetanan Turki tersebut, terdapat tangan dingin pelatih mereka, Fatih Terim. Racikan pelatih berusia 54 tahun ini memang terbukti ampuh. Kondisi Timnas Turki yang compang –camping sejak awal turnamen, tidak menghambat Terim dalam memaksimalkan skuad yang ada. Bukti tersaji, Turki yang sama sekali bukan unggulan, berhasil melaju sampai semifinal sebelum ditaklukkan dengan susah payah oleh Jerman.
Pasca kegagalan mereka melangkah ke final, Terim menyatakan kalau dirinya kini sedang bersiap-siap menanggalkan jabatan sebagai pelatih Turki. Bahkan, ia mengaku kalau telah mengucapkan selamat tinggal pada para pemain. Selanjutnya, Terim membidik klub-klub Eropa di luar Turki sebagai lahan barunya.
Namun, apa yang direncanakan tidak selalu sesuai kenyataan. Hal inilah yang terjadi pada Terim. Niatnya untuk meninggalkan Nihat Kahveci dkk tidak berjalan lancar. Ia tak kuasa untuk menolak perpanjangan yang disodorkan Federasi Sepakbola Turki (TFF). Hal ini diungkapkan oleh Presiden TFF, Hasan Dogan, pada Selasa (01/07) ini. “Ia (Terim) menerima proposal kami, berterima kasih karena masih dipercaya, serta berkata bahwa ia bahagia menjadi pelatih timnas,” tutur Dogan seperti dilansir situs resmi TFF.
Terim menyetujui untuk memperpanjang kontraknya sampai dua tahun lagi, 2010. Ini berarti Terim mendapat tanggung jawab yang sangat berat, meloloskan Turki ke Piala Dunia 2010. Semakin berat, sebab mereka bergabung dengan kampiun Euro, Spanyol, di Grup 5. Selain Spanyol, Belgia pun akan menjadi rival berat Turki dalam merebut tiket ke Afrika Selatan.

Beckenbauer Akui Spanyol Lebih Baik

2008-07-01 11:15:31
Legenda sepakbola Jerman, Franz Beckenbauer mengakui dibanding Tim Panser, Spanyol lebih pantas menggondol trofi Henry Delaunay. Dalam babak final Euro 2008 yang digelar di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria, 30 Juni lalu, Tim Matador sukses menaklukkan Michael Ballack dkk 1-0 langsung berkat gol semata wayang Fernando Torres di menit ke-33 babak pertama.
Beckenbauer yang mendapat julukan Der Kaiser, sosok yang sukses menjadi juara dunia baik sebagai pemain maupun manajer itu, menyaksikan langsung laga pamungkas tersebut bersama istrinya Heidi.
“Tim terbaiklah yang memenangkan turnamen ini. Sejak awal pertandingan (penyisihan grup) melawan Rusia sampai final di hari Minggu, Spanyol tampil dominan,” puji Beckenbauer seperti yang dikatakannya kepada majalah sepakbola Jerman, Kicker.
Pendapat Der Kaiser diamini mantan pelatih Bayern Muenchen, Ottmar Hitzfeld. Sebelum babak semifinal digelar, Hitzfeld semula memprediksi Jerman bakal bertemu Rusia di partai puncak. Alhasil, ramalannya meleset.
“Selamat kepada Tim Spanyol. Mereka memang menunjukkan sebagai tim paling konsisten di sepanjang turnamen dengan tampilan yang terbaik pula. Mereka pantas mendapatkan gelar juara,” kata Hitzfeld, 60 tahun, yang bakal segera menunaikan tugasnya yang baru sebagai pelatih Timnas Swiss menggantikan Jakob Kubi Kuhn.

Iker Casillas dkk Disambut Meriah

2008-07-01 04:23:39
Ratusan ribu atau ditaksir sekitar setengah juta fans berteriak histeris menyambut keberhasilan Timnas Spanyol menjuarai Euro 2008. Iker Casillas dkk dieleu-elukan bak pahlawan yang pulang menang perang di atas bis terbuka di ibukota Spanyol, Madrid, Senin (30/06) waktu setempat. Kegembiraan luar biasa pertama dalam kurun waktu 44 tahun.
Sehari setelah mengalahkan Jerman 1-0 di Wina, Austria, Luis Aragones dan para pemainnya mendapat sambutan luar biasa. Yel-yel diteriakkan oleh kerumunan massa yang didominasi atribut berwarna merah dan kuning—bendera nasional Spanyol. Parade kemenangan itu juga dimeriahkan oleh formasi tujuh jet tempur yang melakukan berbagai akrobatik dan melepaskan asap kuning dan merah.
Parade melalui Paseo de la Castellana, jalan arteri utama di Madrid, dan selebrasi dipusatkan di Plaza de Colon. Para pemain berjingkrak di panggung yang diikuti fans di areal yang sebelumnya digunakan untuk acara nonton bareng di layar raksasa. Mereka menyanyikan ‘lagu wajib’ “We are the Champions” dan kemudian “Que Viva Espana!”. Untuk selanjutnya Xavi Hernandez dkk rencananya disambut oleh Perdana Menteri Spanyol, Jose Luis Rodriguez Zapatero di kantornya, Palacio de la Moncloa (Moncloa Palace).
Pada momen kemenangan di final, sebanyak 65 ribu fans memadati Plaza Colon. Kepastian memperoleh gelar juara untuk kadua kalinya, fans berpesta dan sampai terjadi pengrusakan. Seperti disitir AFP, polisi menangkap 52 perusuh atas tindakan vandalisme dan pengrusakan sarana publik. Sayangnya selebrasi itu sampai memakan korban jiwa. Seorang pria berbalut bendera Spanyol tewas mengenaskan dengan luka parah di bagian kepala yang diperkirakan karena terjatuh akibat mabuk.
Sambutan juga disuarakan oleh berbagai media massa Spanyol. Harian terlaris Spanyol, El Pais dalam tajuk utamanya menulis: “Spanyol menggila!”. Surat kabar Catalan, Publico, merilis judul headline: “Akhirnya!”. Sedangkan harian Catalan lainnya, El Mundo Deportivo sampai menulis headline yang memakan dua halaman yang berbunyi, “Timnas Spanyol menguasai Eropa dan membuka era baru dalam persepakbolan Spanyol”. Harian olahraga AS menyanjung: “Tim terbaik memenangi turnamen dan dengan gaya permainan sepakbola tercantik dari tim manapun”.
La Furia Roja pertama kali merebut trofi sepakbola terelite di Eropa yakni pada penyelenggaraan tahun 1964. Kemenangan yang dikukuhkan dengan mengalahkan Uni Soviet di partai final itu merupakan satu-satunya gelar terhormat sepakbola yang dimiliki Spanyol. Kemenangan tahun ini terasa lebih manis karena Euro 1964 diadakan di negara sendiri. Kegembiraan Spanyol juga semakin lengkap dengan ditunjuknya Xavi Hernandez sebagai Pemain Terbaik Euro 2008.

Xavi Pemain Terbaik Euro 2008

2008-06-30 16:50:11
Sungguh, gelar juara Euro 2008 merupakan gelar terindah bagi seorang pelatih bernama Luis Aragones. Di usianya yang kian senja, bakal genap 70 tahun pada 28 Juli mendatang, Aragones mendapat gelar pertamanya bersama Timnas Spanyol yang ditanganinya sejak 2004 lalu. Gelar juara itu pun menjadi raihan kali pertama bagi Tim Matador sejak 1964.
Kegembiraan Aragones—yang sayangnya seusai Euro 2008 menanggalkan jabatannya dan memutuskan melatih klub Turki, Fenerbahce—dipastikan kian bertambah setelah melihat pemain andalannya di lini tengah, playmaker tim dari Barcelona, Xavi Hernandez didaulat sebagai Pemain Terbaik Euro 2008 atau Castrol Player of the Tournament for UEFA EURO 2008.
Xavi, pemain berusia 28 tahun ini tampil dalam lima partai dari enam pertandingan yang dilalui Spanyol. Xavi mencetak gol pembuka kemenangan skuad Aragones saat bertanding melawan Rusia di babak semifinal yang berlangsung di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria, Kamis, 26 Juni lalu. Atas penampilannya yang konsisten selama lima laga membuat UEFA Technical Team mendaulat Xavi sebagai Castrol Player of the Tournament.
Penampilan Xavi di babak final saat Tim Matador menggilas Tim Panser tadi malam membuat rekor caps-nya menjadi 63 partai sejak memulai debutnya bersama Spanyol di laga lawan Belanda, 15 November 2000, bersama-sama rekannya di Los Blaugrana, Carles Puyol.
Selain menunjuk Xavi sebagai Pemain Terbaik di pergelaran Euro edisi ke-13 sepanjang sejarah, Tim Teknik UEFA juga melansir 23 pemain yang pantas tergabung dalam Tim Turnamen Euro 2008. Dari ke-23 pemain itu, Aragones pantas lebih bangga melihat dominasi Spanyol yang mewakilkan sembilan (9) pemainnya.
Meski hanya sampai empat besar, Rusia tak kehilangan muka dengan menempatkan empat pemainnya, satu pemain lebih banyak dibanding yang didapat runner-up Jerman. Dua negara, masing-masing Belanda dan Portugal masing-masing menempatkan dua orang pemainnya. Tiga negara lain, Turki, Kroasia, dan Italia masing-masing menempatkan satu wakilnya.
Berikut Tim Turnamen Euro 2008.
Kiper:
Gianluigi Buffon (Italia), Iker Casillas (Spanyol), Edwin van der Sar (Belanda).
Defenders:
Jose Bosingwa (Portugal), Philipp Lahm (Jerman), Carlos Marchena (Spanyol), Pepe (Portugal), Carles Puyol (Spanyol), Yuri Zhirkov (Rusia).
Midfielders:
Hamit Altıntop (Turki), Luka Modric (Kroasia), Marcos Senna (Spanyol), Xavi Hernandez (Spanyol), Konstantin Zyryanov (Rusia), Michael Ballack (Jerman), Cesc Fabregas (Spanyol), Andres Iniesta (Spanyol), Lukas Podolski (Jerman), Wesley Sneijder (Belanda).
Forwards:
Andrei Arshavin (Russia), Roman Pavlyuchenko (Russia), Fernando Torres (Spanyol), David Villa (Spanyol).

Senin, 30 Juni 2008

Der Panzer Never Die..............















Loew: Spanyol Pantas Juara

2008-06-30 05:05:08
Mimpi Jerman merebut gelar keempat terbaik di Eropa kandas. Pada final Euro 2008 di Ernst Happel Stadion, Wina, Austria, Jumat dinihari (WIB) tadi, Die Maanschaft ditekuk Spanyol langsung 0-1 (0-1). Spanyol yang dianggap tim spesialis kualifikasi tampil dengan mental kuat dan bermain lebih apik hampir di sepanjang pertandingan.
Sebuah gol di menit ke-33 dari Fernando Torres menjadi penentu kegagalan untuk keempat kalinya bagi Jerman di partai final. Secara obyektif Spanyol tampil dominan dan bahkan bukan tidak mustahil unggul lebih jika tenang dalam penyelesaian akhir.
Itu pula yang diakui jujur dan berbesar hati oleh pelatih Der Panzer, Joachim Loew. Loew sejatinya juga tidak sepantasnya merendah karena Michael Ballack dkk mampu menunjukkan diri tim berkualitas selama tiga pekan di Austria-Swiss. Loew respek dan setuju untuk memberi penghargaan tinggi kepada para pemainnya.
“Mereka (para pemain Jerman) sungguh fantastis. Secara alamiah kami kecewa tapi mereka tidak boleh tertunduk lesu. Mencapai final merupakan pencapaian yang spesial,” kata Loew seperti dikutip Reuters. “Spanyol memiliki banyak peluang lebih baik hari ini dan memang tampil lebih baik”.
Kanselir Jerman, Angela Merkel yang menyaksikan langsung di tribun VIP juga memberi sokongan moral kepada pasukan anak-anak asuhan Loew. “Mencapai final sudah merupakan kesuksesan besar. Kami berjuang tapi pada akhirnya tidak cukup. Kami di peringkat ketiga pada Piala Dunia (2006) dan kini berada di peringkat kedua (Euro 2008),” kata Merkel. “Saya katakan kepada Ballack dkk bahwasanya mereka harus menunggu sampai 2010 untuk merayakan pesta kemenangan.”
Kekalahan itu membuat Loew gagal bersanding dengan pelatih hebat Jerman yang mampu membawa pulang gelar juara di turnamen utama. Di kancah Piala Eropa atau Euro Helmut Schoen meraih trofi Henri Delaunay untuk kali pertama pada 1972. Delapan tahun kemudian atau tepatnya di Euro 1980, Jerman menjadi kampiun di bawah pelatih Jupp Derwall. Gelar ketiga kalinya direngkuh dalam Euro 1996 ketika Die Maanschaft diarsiteki Berti Vogts.
Jerman lebih dulu menggapai gelar juara di ajang Piala Dunia atau tepatnya di tahun 1954 dengan pelatih Sepp Herberger sebagai juru taktiknya. Schoen dianggap pelatih terbesar dalam sejarah sepakbola Jerman (dulu Jerman Barat) dengan menggapi trofi juara di PD 1974. Satu gelar lainnya diperoleh di Italia pada PD 1990 lewat pelatih yang menjadi legenda hidup sepakbola Jerman, Franz Beckenbauer.

Villa Berhak Atas Sepatu Emas

2008-06-30 04:18:59
Tidak tampil di partai final menjadi kekecewaan tersendiri bagi David Villa. Kenyataan itu membuat striker Valencia itu tidak bisa membantu Spanyol dalam meraih gelar juara untuk pertama kalinya sejak 1964 menghadapi Jerman di Ersnt Happel Stadion, Minggu (29/06) atau Senin dinihari-WIB.
Selain dari pada itu jumlah raihan golnya juga masih mungkin terkejar oleh para pesaingnya. Tapi pada kenyataan Villa bisa berlega hati. Meski absen akibat cedera paha selepas melakukan tendangan bebas ketika menghadapi Rusia di babak semifinal, Spanyol mampu menjaga konsistensi permainan dan juga mental bertanding.
Spanyol menjungkalkan Jerman dengan skor tipis 1-0 lewat gol Fernando Torres. Villa bisa bernafas lega karena Torres bukan pesaing yang mengintai dengan jumlah gol yang tipis. Empat gol yang dilesakkan sudah cukup mengantar Villa dengan gelar “sepatu emas” di Euro 2008. Dua gawang saja yang menjadi korban Villa. Pertama, hat-trick ke gawang Rusia di pertandingan perdana Grup D pada Selasa, 10 Juni, dan satu gol ke gawang Swedia selang empat hari kemudian.
Hat-trick Villa merupakan raihan pertama sejak Euro 2000 yang dibukukan striker Belanda, Patrick Kluivert ke gawang Yugoslavia di babak perempat final. Villa menjadi pemain ketujuh yang mencetak hat-trick di putaran final.
Pesaing terdekatnya yang memiliki peluang terbesar menyamai atau melampaui raihannya yakni Lukas Podolski yang mengemas tiga gol. Torres dengan satu gol tambahan hanya mampu total menjebol gawang dua kali. Raihan yang sama dicatat kompatriot mereka, Daniel Guiza. Di kubu Jerman perolehan dua gol dibukukan Michael Ballack, Bastian Schweinsteiger dan Miroslav Klose.
Jumlah gol Villa lebih sedikit satu gol dibanding raihan tiga turnamen sebelumnya. Alan Shearer (Inggris) di Euro 1996, Patrick Kluivert (Belanda) dan Savo Milosevic (Yugoslavia) di Euro 2000, serta Milan Baros (Republik Ceska) di Euro 2004. Tapi lebih baik dibanding Euro 1992 dimana gelar top skorer dikuasai oleh Dennis Bergkamp (Belanda), Thomas Brolin (Swedia), Henrik Larsen (Denmark) dan Karl-Heinze Riedle (Jerman) yang sama-sama mengemas tiga gol.
Top Skorer Euro 2008:
David Villa--Spanyol (4)
Roman Pavlyuchenko--Russia (3)
Lukas Podolski--Jerman (3)
Hakan Yakin--Swiss (3)
Semih Şentürk--Turki (3)
Andrei Arshavin--Rusia (2)
Michael Ballack--Jerman (2)
Miroslav Klose--Jerman (2)
Bastian Schweinsteiger--Jerman (2)
Daniel Güiza--Spanyol (2)
Fernando Torres--Spanyol (2)
Zlatan Ibrahimović--Swedia (2)
Ivan Klasnić--Kroasia (2)
Nihat Kahveci--Turki (2)
Arda Turan--Turki (2)
Wesley Sneijder--Belanda (2)
Ruud van Nistelrooy--Belanda (2)
Robin van Persie--Belanda (2)

Spanyol Kampiun Euro 2008

2008-06-30 03:38:44
Penantian panjang Spanyol akhirnya terbayar lunas. Menunggu selama 44 tahun, Spanyol akhirnya menjuarai Euro 2008 setelah memetik kemenangan tipis 1-0 (1-0) dari Jerman dalam final yang digelar di Ernst Happel Stadion, Wina, Austria. Gol semata wayang Tim Matador dilesakkan oleh Fernando Torres.
Trofi Henri Delaunay dengan desain terbaru ini menjadi gelar juara untuk kedua kalinya bagi Spanyol, setelah Euro 1964. Catatan penting bagi Spanyol yang menjadi tim pertama sejak Prancis pada Euro 1984 yang mampu meraih gelar juara tanpa merasakan kekalahan. Gelar ini menjadi sangat manis bagi Luis Aragones, pelatih yang banyak dikecam publik karena tidak menyertakan Raul Gonzalez. Raihan ini juga menjadi momen indah sebelum ia hijrah ke Turki menangani klub Fenerbahce.
Tiga menit selepas kick-off babak pertama, Sergio Ramos melakukan blunder. Umpannya mengarah pada Miroslav Klose. Beruntung kontrol bola Klose kurang sempurna. Kedua kesebelasan bermain hati-hati. Thomas Hitzlsperger mengetes kesigapan Iker Casillas pada menit kesembilan dan Jerman lebih mendominasi jalannya permainan.
Menit ke-14 Spanyol memperoleh momentum untuk bangkit. Serangan berbahaya dari duo Barcelona, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta, nyaris membuat Christoph Metzelder menjebol gawangnya sendiri. Kecekatan Lehmann menyelamatkan gawang Jerman. Kepercayaan diri Spanyol terangkat. Gawang Jerman benar-benar terancam menit ke-22. Umpan Ramos dari sisi kanan disambut tandukan Fernando Torres, namun bola hanya membentur tiang gawang.
Spanyol mulai aktif menyerang, Jerman terpancing permainan terbuka. Hal yang disukai Spanyol yang membuahkan keunggulan 1-0 pada menit ke-33. Torres menunjukkan kegarangannya dalam menyayat pertahanan lawan. Memanfaatkan kecepatan akselerasi, Torres mendahului Philipp Lahm dalam menerima umpan terobosan Xavi. Kurang rapihnnya koordinasi Der Panzer dituntaskan tanpa cela oleh Torres dengan sontekan kaki kanan melewati Lehmann.
Dua menit kemudian Spanyol memiliki peluang untuk menggandakan keunggulan. Umpan matang Iniesta gagal diselesaikan David Silva. Tendangan voli Silva di dalam kotak penalti melambung jauh dari gawang. Jerman mencoba lebih aktif dalam menyerang namun sampai babak pertama usai Spanyol tetap unggul satu gol.
Di babak kedua Joachim Loew, pelatih Jerman, memasukkan Marcell Jansen untuk menggantikan Philipp Lahm. Jerman menaikkan tempo serangan namun Spanyol dengan cerdik memanfaatkan ruang. Menit ke-53 Xavi memaksa Lehmann berjibaku menepis tendangan menyusur tanah. Selang dua menit Torres dengan kecepatannya nyaris menjebol gawang Jerman namun kali ini Lehmann lebih cepat menutup ruang tembak.
Loew berupaya menambah daya dobrak dengan memasukkan Kevin Kuranyi yang menggantikan Hitzlsperger. Serbuan Die Maanschaft lewat tendangan voli Ballack hanya menerpa jala samping bagian luar. Atmosfir pertandingan memanas dan pemain Jerman mulai frustasi. Spanyol mengeruk keuntungan dengan tetap mendominasi penguasaan bola walaupun Aragones melakukan pergantian pemain. Penampilan Spanyol begitu gemilang di menit ke-68. Gawang Jerman bertubi-tubi mendapat gempuran. Sundulan Ramos dan dua kali tendangan Iniesta berhasil diselamatkan gemilang oleh Lehmann.
Konsisten La Furia Roja menjaga performa membuat Jerman kesulitan dalam mengembangkan iramanya sendiri. Menjelang wasit Roberto Rosetti meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, Spanyol justru yang kerap mengancam gawang Jerman. Salah satunya serangan segitiga Marcos Senna, Xavi dan Daniel Guiza yang masuk menggantikan Torres.
Susunan pemain:
Jerman: 1-Jens Lehmann; 3-Arne Friedrich, 17-Per Mertesacker, 21-Christoph Metzelder, 16-Philipp Lahm (2-Marcell Jansen 46); 7-Bastian Schweinsteiger, 8-Torsten Frings, 13-Michael Ballack (kk), 15-Thomas Hitzlsperger (22-Kevin Kuranyi 58 (kk)), 20-Lukas Podolski; 11-Miroslav Klose (9-Mario Gomez 79).
Spanyol: 1-Iker Casillas (kk); 15-Sergio Ramos, 5-Carles Puyol, 4-Carlos Marchena, 11-Joan Capdevila; 19-Marcos Senna; 6-Andres Iniesta, 8-Xavi Hernandez, 10-Cesc Fabregas (14-Xabi Alonso 63), 21-David Silva (12-Santi Cazorla 66); 9-Fernando Torres (kk) (17-Daniel Guiza 78).

Minggu, 29 Juni 2008

Domenech Masih Dipercaya Tangani Prancis

2008-06-29 19:31:30
Kegagalan Prancis di Euro 2008, ternyata tidak berdampak pada jabatan pelatih yang kini diemban oleh Raymon Domenech. Meski banyak pihak mengharapkan agar Domenech mengundurkan diri atau didepak dari posisi tersebut pasca kegagalan Les Bleus, ternyata Federasi Sepakbola Prancis (FFF) masih mempercayakan jabatan tersebut padanya.
Memang selama menangani Timnas Prancis, Domenech lebih banyak menghadapi kritikan dibandingkan menerima pujian. Sebelum Euro 2008 dimulai, ia sudah membuat publik kebingungan dengan tidak memanggil David Trezeguet, Mathieu Flamini, Bacary Sagna, Gael Clichy, dan Phillipe Mexes ke dalam skuad Euro. Padahal, kelima pemain tersebut cukup bersinar di kancah klub di musim 2007/08 lalu.
Saat pentas Euro 2008 digelar, Domenech kembali dihujani kritikan pedas, baik dari para pengamat maupun dari mantan pemain Prancis. Terlebih, di pertandingan pertama penyisihan grup melawan Rumania, Prancis seperti kekurangan darah. Hal ini antara lain disebabkan kesalahan taktik Domenech dengan menerapkan dua gelandang bertahan saat menghadapi tebalnya lini pertahanan Rumania.
Publik Prancis sempat berharap tim kesayangannya mampu meraih hasil lebih baik di pertandingan kedua kontra Belanda. Apa daya, Prancis justru dihajar Tim Oranje dengan skor cukup telak 1-4. Meski demikian, mereka masih berpeluang lolos dari babak penyisihan grup.
Syaratnya mereka mampu menekuk Italia di pertandingan terakhir, dan Belanda membekuk Rumania. Lagi-lagi, Franck Ribery dkk menemui kegagalan. Belanda memang berhasil menekuk Rumania dengan skor 2-0, namun kekalahan serupa juga ditelan Prancis dari Gli Azzurri. Maka Prancis pun angkat koper dengan membawa pulang catatan miris, hanya mengumpulkan satu poin serta memiliki catatan gol sangat minim, satu gol.
Walaupun lebih banyak berkubang dengan hasil buruk, ternyata FFF masih belum kehilangan kepercayaannya. Mereka mempertahankan Domenech yang dikontrak sampai 2010 sebagai arsitek Timnas Prancis. Hal ini diungkapkan Presiden FFF, Jean-Pierre Escalates kepada media lokal. “Domenech (bertahan), meski beberapa hal perlu diubah,” tutur Escalates kepada Le Parisien.
Diyakini, perubahan yang dimaksud Escalates mencakup tiga hal, yakni ia harus meramu gaya permainan Prancis dengan lebih baik, perngorganisasian permainan, serta lebih membuka diri terhadap berbagai masukan yang diterimanya. Sedangkan FFF baru akan melakukan pengumuman resmi mengenai hal ini pada Kamis (03/07) depan.

10 Pemain Terbaik Euro 2008

2008-06-29 17:54:59
Perhelatan akbar sepakbola Eropa empat tahunan, Euro 2008, memasuki partai puncak. Sebanyak 16 tim yang masuk ke dalam putaran final sudah diperas jadi tinggal Jerman dan Spanyol. Lebih dari 360 pemain dibawa serta ke Austria-Swiss untuk unjuk kebolehan.
Takdir tidak ada yang tahu. Ada yang mampu menunjukkan kemampuan maksimal, tapi tidak sedikit yang pulang lebih cepat lantaran cedera membekap. Dari sekian banyak pemain yang tampil UEFA melalui situs resminya (euro2008.com) melansir 10 pemain yang paling menyita perhatian. Mengenyampingkan urutan dan masih bersifat sementara, berikut 10 pemain terbaik Euro 2008:
1. Hamit Altıntop (Turki)
Perannya sangat besar membawa Turki untuk pertama kalinya ke semifinal. Hamit memiliki etos bermain yang pantas dibanggakan. Lebih jauh ia merupakan pemain serba bisa yang penuh dedikasi dan tidak egois. Lihat umpannya ke Nihat Kahveci ketika Turki menundukkan Republik Ceska. Pelatih Fatih Terim berkomentar: “Ketika Anda memiliki pemain seperti dia, Anda tidak akan kalah.”
2. Andrei Arshavin (Rusia)
Tuah Arshavin berlanjut. Setelah menginspirasi Zenit St Petersburg menjuarai Piala UEFA Mei lalu, performa Arshavin mekar seutuhnya di Austria-Swiss. Kontribusinya bagi Rusia nampak jelas begitu bisa bermain kembali pascaskorsing karena akumulasi kartu. Swedia dan Belanda mengerti betul pahitnya kapabilitas Arshavin mengubah permainan Rusia. Cepat, pintar dan sangat piawai mengolah bola jadi kelebihan pemain yang bersinar di usia 27 tahun ini.
3. Michael Ballack (Jerman)
Ketika Jerman membutuhkan momentum setelah dipermalukan Kroasia, Ballack datang. Tendangan bebasnya menggelegar menembus gawang Austria. Jerman berhak melangkah ke babak berikut. Ia pemimpin dan komposer Tim Panser. Di saat bersamaan ia bisa menjadi penuntas serangan, seperti gol ketiga Jerman di gawang Portugal.
4. Iker Casillas (Spanyol)
Para kiper memperoleh perhatian banyak. Gianluigi Buffon, Edwin van der Sar, Artur Boruc, Igor Akinfeev dan Stipe Pletikosa semuanya mengesankan. Iker Casillas tidak banyak melakukan penyelamatan, tapi sangat penting bagi Spanyol. Contohnya ketika menggagalkan peluang emas Mauro Camoranesi (Italia) dan Roman Pavlyuchenko (Rusia). Belum termasuk dua kali menggagalkan penalti Daniele De Rossi dan Antonio Di Natale (Italia).
5. Luka Modric (Kroasia)
Banyak yang menganggapnya sebagai Johan Cruyff-nya Kroasia. Anggapan yang bukan tanpa alasan. Ia pencetak gol perdana Kroasia melalui tendangan penalti. Perannya sangat besar di lapangan tengah. Bertubuh kecil, Modric menjelajahi setiap jengkal lapangan tanpa lelah. Ia banyak mengkreasi peluang ke gawang Turki sampai pada kenyataan pahit eksekusinya gagal di babak adu penalti.
6. Carles Puyol (Spanyol)
Pertanyaan besar menggelayut beriringan dengan keberhasilan Spanyol tampil di putaran final. Namun keraguan itu dijawab Puyol bersama partnernya di jantung pertahanan, Carlos Marchena. Bermain konsisten di putaran pertama Grup D, Puyol memegang tongkat komando di barisan pertahanan dalam menghentikan serbuan Rusia.
7. Bastian Schweinsteiger (Jerman)
Schweinsteiger menunjukkan mentalitas baja Jerrman. Menerima kartu merah ketika Jerman takluk dari Kroasia, ia bangkit melawan Portugal di perempat final. Mencetak satu gol dan mengkreasi dua gol lain. Ia juga berperan besar ketika Jerman bangkit mengejar ketinggalan dari Turki.
8. Marcos Senna (Spanyol)
Xavi Hernandez atau Cesc Fabregas yang diturunkan sebagai pengatur serangan, pilihan Luis Aragones sebagai holding midfielder cuma Senna seorang. Akibat penampilan Senna yang begitu stabil, Xabi Alonso jadi lebih banyak menganggur di bangku cadangan. Ia penyeimbang dan distributor bola yang baik. Sangat disiplin namun kiper harus berhati-hati dengan tendangan kerasnya.
9. Wesley Sneijder (Belanda)
Tidak disangka Belanda bisa merajai dengan mudah Grup C yang merupakan ‘grup neraka’. Tak dinyana Tim Oranye gugur di tangan Rusia. Tapi performa Sneijder sudah bisa ditaksir bakal menyita perhatian. Gol ke gawang Italia dan Prancis menjadi gambaran tepat kualitas skill yang dimiliki gelandang Real Madrid ini.
10. David Villa (Spanyol)
Pemain pertama yang membukukan hat-trick sejak Euro 2000. Villa membuka langkah mengesankan bagi Spanyol ketika mengungguli Rusia. Golnya ke gawang Swedia menjadi penentu langkah Tim Matador ke perempat final. Di saat konsentrasi mengarah ke Fernando Torres, Villa membuat lini depan Spanyol begitu bergigi. Sayang di partai final cedera membuatnya absen.
Di antara deretan 10 pemain terbaik di atas, saya memiliki prediksi dua pemain favorit lain yang menyedot perhatian mata pecinta bola. Yaitu; Lukas Podolski (Jerman)
Pecundang di Bayern Muenchen, Podolski menunjukkan kelasnya di Jerman. Ditempatkan di gelandang kiri atau berduet dengan Miroslav Klose, Poldi--panggilan Podolski--bermain trengginas di setiap laga. Tiga golnya menjadi bukti dan menjadi pemain Jerman paling produktif. Di babak knock-out, Podolski puasa gol tapi aksinya tetap impresif, yang salah satunya berbentuk assist bagi terciptanya gol Schweinsteiger ke gawang Portugal. Dan satu lagi, tentu saja Miroslav Klose yang telah mengemas dua gol penting bagi Timnas Jerman.

Bedah Strategi Loew dan Aragones

2008-06-29 14:32:12
Babak final Euro 2008 mempertemukan Jerman dan Spanyol. Duel di Ernst Happel Stadion, Senin dinihari (WIB) nanti, bisa dikatakan menjadi titik akhir tanpa kejutan. Baik Jerman maupun Spanyol memiliki kualitas dan memang pantas untuk memperebutkan trofi Henri Delaunay desain terbaru.
Di balik itu partai final Euro 2008 menjadi duel antara tim yang sangat kontras. Hal yang paling mendasar soal filosofi bermain. Jerman mengusung efektifitas, kekuatan dan tenaga yang terbalut satu dalam staying power. Pakem itu dihadapkan pada gaya Spanyol yang bermain mengalir dengan skill tinggi dan kreatifitas kolektif.
Jerman mengesampingkan sepakbola indah namun dengan daya pukul menakjubkan serta ditopang mentalitas juara. Sebaliknya, Spanyol yang lebih menarik ditonton memiliki kelemahan soal mental bertanding. Kalau sudah menemui tembok kokoh pertahanan menjadi goyah dan frustasi. Kontras gaya, pun demikian soal pelatih yang berdiri di balik layar. Joachim Loew, pelatih muda Jerman yang impresif dan ambisius versus Luis Aragones, pelatih gaek Spanyol yang berpengalaman dan namun sedikit kontroversial.
Membedah taktik yang akan digunakan kedua pelatih perkara sulit. Pastinya, baik Loew dan Aragones bakal memeras otak untuk memanfaatkan kelemahan tim lawan. Dari perspektif strategis partai final itu akan menarik untuk disimak. Loew, walau masih relatif muda, sudah menunjukkan kepiawaiannya di Austria-Swiss. Ditilik rata-rata, pelatih di Euro 2008 berumur 57 tahun. Loew, 48 tahun, merupakan empat pelatih di bawah usia 50 tahun, bersama Roberto Donadoni, Slaven Bilic dan Marco van Basten.
Loew yang memegang tongkat estafet dari Juergen Klinsmann sudah hapal betul skuadnya. Loew pelatih muda yang dinamis. Ia memulai turnamen ini dengan formasi ortodoks 4-4-2 namun saat melawan Portugal di perempat final ia menunjukkan kapabilitasnya dengan mengubahnya jadi 4-5-1. Michael Ballack, Bastian Schweinsteiger dan Lukas Podolski jadi lebih bebas berkreasi membantu serangan dan menerobos dari lini kedua. Miroslav Klose sebagai ujung tombak hanya sebagai perusak konsentrasi pertahanan lawan.
Aragones, biarpun tua, cukup lugas dalam menerapkan taktik. David Villa memperoleh hasil menakjubkan dimainkan bebas di belakang Fernando Torres yang berperan target-man. Villa memimpin perolehan gol terbanyak dengan empat gol. Ketika Villa cedera di babak semifinal, Aragones menunjukkan lagi kematangannya. Dibanding memasukkan striker, ia menyodorkan Cesc Fabregas.
Masuknya Fabregas membuat serangan Tim Matador lebih bervariasi. Gelandang Arsenal itu mengambil alih kendali di lini tengah yang begitu vital dari Rusia. Fabregas menghidupkan permainan dari belakang Torres bersama David Silva dan Andres Iniesta yang mengapit di kiri dan kanan. Rusia yang berani mengajak bermain terbuka kena batunya. Gawang Rusia dibobol tiga kali tanpa diberi kesempatan membalas.
Aragones yang berulang tahun ke-70 bulan depan sepertinya akan menurunkan sistem yang sama seperti menghadapi Rusia, khususnya di babak kedua. Tim Matador begitu ganas dengan menaikkan tempo. Tapi itu tidak akan mudah dilakukan di hadapan Jerman. Die Maanschaft bisa dibilang tim yang dikenal piawai mengatur tempo. Ballack, yang diragukan tampil di Wina, jagonya dalam hal ini. Pertarungan yang menarik pastinya.

Ballack Diragukan Tampil di Final

2008-06-29 00:06:27
Menjelang partai pamungkas Euro 2008, Jerman mendapat kabar buruk. Kapten sekaligus pengatur serangan mereka, Michael Ballack, menderita cedera pada betis kanannya. Kabar ini dilansir oleh Federasi Sepakbola Jerman (DFB) melalui situs resminya pada Sabtu (28/06).
Ballack sendiri absen pada latihan rutin yang diselenggarakan pada Jumat (27/06) di markas tim Jerman yang mengambil lokasi di Tenero, Swiss. Ia pun absen pada latihan malam yang dilakukan di Vienna hari ini. Meski demikian, DFB masih berharap pemain Chelsea ini akan mampu pulih dalam waktu yang tersisa. Oleh sebab itu, mereka masih akan menunggu perkembangan terakhir Ballack sebelum memutuskan apakah ia sanggup bermain di final atau tidak.
Jika Ballack benar-benar harus absen di partai final melawan Spanyol tersebut, ini bagai mengulang kembali kenangan buruk enam tahun silam. Saat itu, Ballack pun harus absen di final Piala Dunia 2002, saat Tim Panser ditundukkan Brasil dengan skor 0-2.
Sepanjang Euro 2008, Ballack baru membukukan dua gol. Salah satunya dibukukannya saat Jerman melibas Portugal 3-2 di babak perempat final. Meski bermain kurang impresif kala meladeni Turki, namun dipastikan hilangnya Ballack akan menjadi pukulan tersendiri bagi Jerman yang sedang mengincar gelar juara Eropa keempatnya.
Bertolak belakang dengan Ballack, gelandang Jerman lainnya, Torsten Frings, yang sempat menderita patah tulang rusuk kini dikabarkan berada dalam kondisi fit sepenuhnya. Frings yang juga absen pada laga melawan Portugal, sempat dikhawatirkan harus absen cukup lama lantaran cederanya tersebut. Namun, ia berhasil pulih dengan cepat, meski saat menghadapi Turki, Pelatih Jerman, Joachim Loew harus berpikir keras sebelum mengambil keputusan. Toh, pada akhirnya Frings pun dimainkan sebagai pengganti Simon Rolfes.
“Saya sudah benar-benar siap untuk bermain lagi dan menerima tantangan. Saya tidak tahu apakah diriku akan dimainkan atau tidak namun jika diriku terpilih saya siap 100 %,” tutur Frings seperti dikutip Goal. Ia pun menyadari kalau Spanyol merupakan tim yang kuat, meski hal tersebut tidak membuatnya gentar sama sekali. Ia berkata: "Mereka (Spanyol) kuat, berteknik tinggi, dan mampu menguasai lapangan tengah. Kami akan memberi banyak tekanan pada mereka dan menjaga agar mereka tidak sampai menguasai permainan, meskipun hal tersebut cukup sulit".

10 Gol Terbaik Euro 2008

2008-06-28 10:37:44
Penyelenggaraan Euro 2008 memasuki babak final yang mempertemukan Jerman versus Spanyol pada Minggu, 29 Juni. Sampai 30 pertandingan yang telah dimainkan tercipta 76 gol. Berarti rata-rata gol per laga tercipta lebih dari 2,5 gol. Jumlah gol tersebut setara dengan raihan empat tahun lalu, juga sampai babak semifinal.
Tidak ada penurunan kuantitas, UEFA juga mengklaim tidak terjadi penurunan kualitas permainan dan gol yang dilesakkan. UEFA melalui situs resminya melansir 10 gol terbaik sampai sejauh ini. Setujukah Anda? Berikut 10 gol terbaik:
1. Philipp Lahm
Jerman 3-2 Turki, semifinal, 25 Juni
Perlawanan Turki begitu alot. Di menit ke-86 Semih Senturk menyamakan kedudukan. Tim lain boleh luntur moralnya tapi Jerman tidak. Sontak tekanan dilancarkan dan dalam tempo empat menit Der Panzer menunjukkan kelasnya. Lahm yang menerima umpan terobosan yang cerdik yang dilepaskan Thomas Hitzlsperger menaklukkan kiper Rustu Recber dengan kaki kanannya. Gol dengan set-play rapi dan akan dikenang tidak sebentar yang mengantar Jerman ke final keenamnya.
2. Roman Pavlyuchenko
Belanda 1-3 Rusia, perempat final, 21 Juni
Pavlyuchenko tidak menyia-nyiakan kesempatan dari absennya Pavel Pogrebnyak yang cedera. Tanpa cacat ia menyambut umpan silang Sergei Semak dengan tendangan voli first-time tanpa bisa dijangkau kiper veteran Edwin van der Sar. Gol di sebelas menit di babak kedua yang membuka kemenangan fantastis Rusia.
3. Bastian Schweinsteiger
Portugal 2-3 Jerman, perempat final, 19 Juni
Schweinsteiger membayar kesalahan ulahnya yang berbuah kartu merah ketika Jerman takluk dari Kroasia. Gawang Portugal jadi korban. Aksi impresif Schweinsteiger masuk dari lini kedua tidak terdeteksi. Tanpa ancang-ancang ia menyongsong crossing mendatar Lukas Podolski.
4. Michael Ballack
Austria 0-1 Jerman, Grup B, 16 Juni
Kalah dari Kroasia tekanan menggelayuti Jerman. Terbuai oleh gebrakan tuan rumah, Ballack menentukan langkah Jerman ke babak berikutnya. Sang kapten melepaskan tembakan kencang dari proses indirect free-kick. Jurgen Macho, kiper Austria, tidak sanggup menahan dan Jerman unggul empat menit selepas babak kedua dimulai.
5. Nihat Kahveci
Turki 3-2 Republik Ceska, Grup A, 15 Juni
Gol mengejutkan dari Turki yang tertinggal dua gol terlebih dahulu. Menerima umpan terukur Hamit Altintop, Nihat melihat sejenak ke arah gawang sebelum melepaskan tendangan melengkung yang tidak sanggup dijangkau Petr Cech. Bola menerobos gawang setelah sebelumnya membentur sisi dalam mistar. Gol penentu Turki menuju perempat final.
6. Wesley Sneijder
Belanda 4-1 Prancis, Grup C, 13 Juni
Buah dari serangan balik mematikan Belanda dan menjadi gol penutup aksi impresif anak asuh Marco van Basten. Menerima bola di luar kotak penalti, Sneijder melewati Jeremi Toulalan sebelum melepaskan tendangan keras. Bola membentur mistar sebelum mempermalukan Gregory Coupet.
7. Robin van Persie
Belanda 4-1 Prancis, Grup C, 13 Juni
Buah ketajaman visi Ruud van Nistelrooy dengan umpannya yang membuat Arjen Robben bebas menyayat sisi kanan pertahanan lawan. Robben yang jeli membaca momen mengirim umpan silang mendatar yang diselesaikan voli langsung Van Persie. Meski terjangkau, Coupet tetap tidak berdaya menahan laju bola.
8. Zlatan Ibrahimovic
Yunani 0-2 Swedia, Grup D, 10 Juni
Striker yang dikenal master-nya gol indah. Jalannya pertandingan seperti stagnan sampai Ibrahimovic menemukan momennya. Setelah kerjasama satu-dua dengan Henrik Larsson di luar kotak 16 meter, Ibrahimovic di menit ke-67 menggetarkan gawang Antonis Nikopolidis dengan tendangan kerasnya.
9. David Villa
Spanyol 4-1 Rusia, Grup D, 10 Juni
Gol kedua David Villa dari hat-trick yang dibukukannya. Kerjasama cantik trio David Silva, Joan Capdevila dan Andres Iniesta diselesaikan dengan dingin oleh Villa yang bebas berhadapan dengan Igor Akinfeev. Tanpa cela Villa melepaskan tendangan menyusur permukaan melewati sela kaki Akinfeev.
10. Wesley Sneijder
Belanda 3-0 Italia, Grup A, 9 Juni
Sekali lagi dari proses serangan balik. Menerima bola dari sepak pojok, Giovanni van Bronckhorst menggiring bola dan diteruskan pada Dirk Kuyt. Kuyt dengan umpannya memanjakan Sneijder yang dengan indah melepaskan tendangan silang melewati Gianluigi Buffon.

Wenger Favoritkan Jerman

2008-06-27 18:10:17
Dalam turnamen besar, baik di lingkup Eropa maupun dunia, Jerman selalu menjadi tim yang difavoritkan bakal melangkahkan kakinya ke babak final dan tak jarang diunggulkan menggondol gelar juara. Pun, begitu halnya dengan yang terjadi di pergelaran putaran final Euro 2008 yang dilangsungkan di Austria-Swiss.
Begitu hasil undian (drawing) dibuka pada 2 Desember 2007 lalu, banyak pengamat yang memproyeksikan Tim Panser melaju sampai penghujung turnamen. Alasannya ketika itu, Jerman tergabung dalam grup yang ‘empuk’ dan rute menuju babak pamungkas pun relatif “datar” dibanding tim-tim elite Eropa lainnya.
Meraih tempat di final Euro 2008—Jerman bakal menghadapi tantangan Spanyol dalam laga yang rencananya berlangsung di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria, Minggu, 29 Juni, lusa—merupakan keberhasilan Mannschaft kali kedua lolos ke final turnamen besar dalam kurun enam tahun terakhir. Yang pertama, final Piala Dunia (PD) 2002 di Jepang-Korea Selatan. Ditambah kesuksesan Michael Ballack dkk melaju ke babak semifinal PD 2006 lalu, kian pantas jika Jerman disebut sebagai tim spesialis turnamen.
Menurut manajer Arsenal asal Prancis, Arsene Wenger, faktor kunci di balik keberhasilan Jerman meraih prestasi di atas—dua kali menembus babak final dan sekali meraih tempat di semifinal dalam enam tahun—bukanlah soal teknik atau kualitas tim. Melainkan sikap mental Tim Panser yang memang terkenal lambat “panas” dan determinasi.
“Jerman adalah salah satu dari sedikit (tim) negara yang mana para pemainnya bisa “bertikai” satu sama lain, tetapi ketika turun bertanding, dibarengi sikap mental yang sangat kuat, mereka mampu menampilkan kekuatan tim yang utuh,” puji Wenger seperti yang dikutip The Telegraph. Pernyataan Wenger itu senada dengan opini legenda Jerman, Franz Beckenbauer yang menunjuk kekuatan sikap mental dan determinasi itulah yang menjadi ciri khas Tim Panser.
“Kemungkinan itu bakal terbuka jika Anda punya kemauan untuk memenangkan pertandingan,” tegas kapten Jerman, Michael Ballack, mengamini pendapat seniornya itu. Pernyataan Ballack ditujukan terhadap penampilan timnya yang pas-pasan saat berlaga di babak semifinal melawan Turki. “Kami akui tampilan kami cukup buruk. Karenanya, kami mesti berjuang sekuat tenaga di sepanjang pertandingan. Langkah kami melaju ke final tidak ditentukan dengan keindahan tampilan kami di lapangan,” ujar gelandang Chelsea tersebut.

Jumat, 27 Juni 2008

Klinsmann Puji Loew

27/06/2008 02:59
Sukses Jerman melangkah ke final Euro 2008 setelah menyingkirkan Turki 3-2, Kamis (26/6) dinihari WIB, membuat pelatih Joachim Loew bisa melepaskan bayang-bayang Jurgen Klinsmann dan sekaligus membuktikan bahwa ia lebih baik dari pendahulunya itu.

Empat tahun lalu, banyak pihak yang meragukan kemampuannya ketika Loew, 49, yang sebelumnya menjadi asisten pelatih Klinsmann, dipercaya sebagai pelatih setelah Jerman meraih peringkat ketiga di Piala Dunia 2006.

"Bagi saya ia lebih daripada seorang asisten pelatih," komentar Klinsmann mengenai pria yang menjadi penerusnya itu. Tapi meski Loew memimpin Jerman menjadi tim yang pertama lolos ke putaran final Euro 2008, ia masih belum bisa lepas dari bayang-bayang Klinsmann walau sudah menangani tim nasional selama dua tahun. Ia hanya dianggap sekadar meneruskan "revolusi" yang telah diterapkan sebelumnya oleh Klinsmann.

Sebelumnya, Klinsmann yang juga sudah dua tahun menangani tim Jerman, berhasil mengubah cara permainan timnya, dari berorientasi bertahan menjadi tim yang lebih mengutamakan permainan cepat dan menyerang. Namun dengan sukses mengantar Jerman ke final turnamen besar untuk pertama kalinya sejak Piala Dunia 2002, Loew pun kemudian mendapat pengakuan.

Setelah mengalahkan Polandia 2-0 di pertandingan perdana Euro 2008, Loew sempat dikecam ketika secara mengejutkan ditaklukkan Kroasia 1-2. Beruntung mereka berhasil mengalahkan Austria 1-0 sehingga akhirnya lolos ke babak perempat-final. Usai kekalahan dari Kroasia, Loew kemudian berjanji untuk memberikan kepada setiap pemainnya bagian dari pikiran yang ada di benaknya.
Ia meninggalkan pola 4-4-2 yang selama ini dianut oleh tim Jerman, menggantinya dengan pola baru yang lebih inovatif, yaitu pola 4-5-1. Portugal, yang sepanjang babak penyisihan tampil perkasa dan muncul sebagai salah satu tim favorit, akhirnya takluk di tangan Jerman di babak perempat-final. Tim asuhan Loew kemudian melangkah babak empat besar.
Menurut pemain belakang Per Mertesacker, Loew berhasil membawa tim Jerman ke tingkat yang lebih baik dalam dua tahun terakhir. "Saya kira jika melihat lagi ke belakang pada dua turnamen sebelumnya, kami belum pernah mencapai hasil seperti ini," kata Mertesacker, pemain asal Werder Bremen itu. "Kami telah tumbuh bersama sebagai sebuah tim, sebuah unit kerja. Tampil di kandang sendiri pada 2006 sebenarnya merupakan sebuah keuntungan bagi kami di Piala Dunia, tapi pada Euro 2008 kali ini, kami sudah matang," katanya. "Juergen Klinsmann telah pergi, tapi warisannya masih hidup. Tapi kami melangkah ke final melalui perjuangan kami sendiri, bukan karena keberuntungan," katanya.

Jadi Penonton, Villa Pasrah

2008-06-27 15:10:15
Tak terbayangkan sebelumnya oleh David Villa jika tendangan bebas yang dilakukannya di menit ke-28 babak pertama semifinal Euro 2008 antara Spanyol versus Rusia yang berlangsung di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria, tadi malam, bakal berbuntut panjang. Beberapa saat kemudian, seusai menendang free-kick tersebut, Villa tampak pincang. Akhirnya, ia pun terpaksa keluar lapangan pertandingan digantikan Francesc Fabregas.
Seusai pertandingan, pelatih Tim Matador, Luis Aragones, menutup pintu bagi Villa untuk bermain di babak final di tempat yang sama Minggu (29 Juni) lusa. Aragones memberi konfirmasi jika cedera yang dialami striker Valencia itu sebenarnya tidak terlalu parah. “Villa bakal absen di babak final. Memang cederanya tidak terlalu serius (parah). Tapi, ia tetap bakal absen karena ototnya tertarik,” tegas Aragones seperti yang dikutip BBC Sports News.
Keputusan sang pelatih gaek itu diterima Villa dengan lapang dada. Villa pun pasrah tidak dapat menambah lagi koleksi golnya di Euro 2008. Posisinya sebagai top skorer sementara terancam dapat dilampaui penyerang muda Tim Panser, Lukas Podolski. “Sekarang saya harus dapat menikmati jalannya pertandingan dari luar lapangan,” akunya.
“(Memaksa) Turun bertanding di hari Minggu bagaikan ikut berjudi. Saya mau untuk melakukannya (bertanding) meskipun saya harus bermain dengan satu kaki. Tapi, (keputusan) ini adalah untuk kebaikan tim. Masih ada para pemain lainnya yang bakal tampil lebih baik dibanding seorang pemain yang dililit cedera seperti saya,” terang Villa.
Pemain berusia 26 tahun yang isunya sedang diincar Chelsea dan Liverpool itu mengaku sangat kesal ketika ia mengalami cedera tersebut. Awalnya, saya sangat kesal dan marah. Sebab, saya tahu betul jika itu (cedera) membuat kesempatan saya tampil di babak final jadi tipis. Tapi, meski hanya jadi penonton, saya tetap akan menikmati laga di hari Minggu dan berharap dapat merayakan keberhasilan kami menggondol gelar juara Eropa,” tandas Villa.
Sementara itu, Aragones memberikan sinyal jika dengan absennya Villa, maka posisinya tetap akan diisi Fabregas. Dalam arti, di babak pamungkas Tim Matador bakal bermain dengan lima gelandang yang terbukti mampu meluluhlantakkan Rusia.
“Saya tahu betul jika ia (Fabregas) bakal mampu membuktikan kemampuannya. Seperti para pemain lainnya, ia adalah pemain yang luar biasa. Saya pikir (dengan keluarnya Villa), lebih baik untuk menambah jumlah pemain gelandang sebagai upaya untuk menguasai lini tengah dan menekan pertahanan lawan. Buktinya, gol dari Xavi (Hernandez). Jadi, tujuannya membuat mereka bebas untuk bergerak,” terang Aragones.

Peluang Lehmann 'Pukul' Wenger

2008-06-27 12:35:33
Meskipun tampil kurang meyakinkan saat mengawal gawang Jerman di babak semifinal Euro 2008 lawan Turki di Jakob-Park Stadium, Basel, Swiss, Rabu (25/6) lalu, tampaknya Jens Lehmann bakal tetap dipercayai Joachim Loew untuk menjadi benteng terakhir saat Tim Panser bertanding di partai puncak menghadapi Spanyol di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria, Minggu (29/6) lusa.
Kepercayaan Loew itu bakal digunakan Lehmann sebagai upaya pembuktian bahwa keputusan yang dibuat Arsene Wenger, manajer Arsenal, yang menolak menyodorkan kontrak baru alias perpanjangan kontraknya di Emirates Stadium adalah keliru. Karena itulah, setelah Euro 2008 usai, tepatnya 1 Juli nanti, Lehmann, kiper tertua di turnamen, bakal resmi berbalut seragam VfB Stuttgart, tim elite Bundesliga.
Meski bakal meninggalkan klub yang telah dibelanya sejak 25 Juli 2003 lalu, Lehmann mengaku tetap bangga saat ia menjadi salah satu wakil Arsenal di babak final Euro 2008. “Saya bangga bisa menjadi representatif Arsenal di babak final kejuaraan antarnegara di Eropa,” aku Lehmann seusai partai dramatis menghadapi skuad asuhan Fatih Terim.
Ketika disinggung tentang penampilannya di partai final sebagai upaya pembuktian kapabilitasnya di mata Wenger yang menolak memberinya perpanjangan kontrak selama setahun, Lehmann mengatakan, “Ya, kami pernah membicarakan soal tersebut (kontrak baru). Saya selalu mengatakan kepadanya (Wenger) bahwa saya selalu memikirkan hal tersebut,” ujar Lehmann seperti yang dikutip The Guardian.
Sejatinya, Lehmann begitu khawatir posisinya sebagai kiper utama Tim Panser terancam seiring dengan begitu minimnya kesempatan yang diberikan Wenger kepadanya untuk mengawal gawang The Gunners. Sepanjang musim lalu, Wenger lebih memilih kiper asal Spanyol, Manuel Almunia. Beruntung bagi Lehmann, Loew tetap memercayainya.
“Bagi saya, tampil di babak final sungguh berarti. Kesulitan yang saya hadapi di sepanjang musim lalu terletak di tangan manajer (Wenger). Sepanjang karir, saya merasa sangat beruntung. Setiap tim yang saya perkuat berhasil tampil di partai pamungkas turnamen di Eropa. Jadi, tentu saja, jika kali ini saya berharap dapat memenangkan pertandingan dan menggondol gelar juara,” ujarnya.
Lehmann menjadi pahlawan bagi Schalke04 dalam babak final UEFA Cup melawan Inter Milan. Ketika itu Lehmann menepis tendangan penalti Ivan Zamorano. Sayang di tahun-tahun berikutnya, nasib buruk menghampiri kiper kelahiran Essen berusia 38 tahun itu. Di final UEFA Cup 2002, Lehmann gagal mengantarkan kemenangan bagi Borussia Dortmund saat berhadapan dengan Feyenoord Rotterdam. Empat tahun kemudian, Lehmann harus keluar lapangan, diganjar kartu merah di laga final Liga Champions antara Arsenal vs Barcelona di Paris, Prancis. Di arena yang lebih bergengsi, Lehmann pun selalu kandas. Di partai puncak Piala Dunia 2002 Jerman takluk 0-2 di tangan Brasil, saat itu Lehmann hanya merupakan kiper cadangan timnas Jerman.

Fabregas Tak Mau Gagal Kedua Kali

2008-06-27 10:55:22
Bagi Francesc “Cesc” Fabregas, partai puncak Liga Champions musim 2005-06 yang berlangsung di Stade de France, Paris, Prancis, Rabu, 17 Mei 2006, tentunya bakal menjadi memori yang tak terlupakan. Mimpi Fabregas bersama Arsenal untuk meraih gelar juara antarklub Eropa untuk kali pertama kandas hanya dalam waktu 15 menit terakhir. Dua gol balasan Samuel Eto’o dan Juliano Belletti memutarbalikkan keadaan dan mengantarkan Barcelona meraih gelar Liga Champions untuk kedua kalinya.
Dua tahun berselang, Fabregas kembali mempunyai kesempatan untuk tampil di partai pamungkas turnamen besar setelah tadi malam dengan trengginas Spanyol berhasil menuntaskan perlawanan tim ‘kuda-hitam’ Rusia tiga gol tanpa balas di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria. Meskipun tidak didaulat sebagai man of the match, kontribusi Fabregas begitu nyata dalam men-set-up dua gol terakhir yang dilesakkan Daniel Guiza dan David Silva.
Karena itu, Fabregas bertekad menghapus memori buruk di Stade de France dan mengantarkan trofi pertama bagi Spanyol dalam 22 tahun terakhir. “Saya tahu betul pahitnya kekalahan saat berlaga di partai final. Karenanya, saya tidak ingin kembali menuai kegagalan untuk kedua kalinya,” tegas Cesc, panggilannya, seperti yang dikutip The Independent.
Sepanjang turnamen digelar, sejatinya, Fabregas merupakan pemain pilihan kedua di mata Aragones. Kapabilitas gelandang The Gunners yang baru berusia 21 tahun itu dipandang masih kalah kelas dibanding seniornya, gelandang Los Blaugrana, Xavi Hernandez, 28 tahun. Berkah bagi Fabregas datang lebih cepat tadi malam ketika striker andalan Tim Matador, David Villa terpaksa meninggalkan lapangan karena mengalami cedera paha di menit ke-34 babak pertama.
Fabregas pun membayar lunas kepercayaan pelatih gaek yang berjuluk “Si Bijak” itu dengan performa mengesankan, terutama di paro 45 menit kedua. Ketika ditanya apakah partai melawan skuad asuhan Guus Hiddink itu menjadi pertandingan terbaik sepanjang karirnya, Fabregas tak mau terlena dan jumawa. “Mungkin saja. Namun, lebih baik jika saya kembali menyaksikan tayangan ulangnya. Saya tidak berpikir kehadiran saya di lapangan (menggantikan Villa) mengubah jalannya pertandingan. Saya hanya bermain sebagaimana yang biasanya saya lakukan,” ujarnya kalem.
Menurut pemain yang begitu ‘dipuja’ pelatihnya di Emirates Stadium, Arsene Wenger, keberhasilan Spanyol melaju ke babak pamungkas Euro 2008 tidak terlepas dari keberhasilan tim menghapus beban psikologis di partai perempat final melawan Italia. Dalam laga tersebut, eksekusi Fabregas yang menjadi algojo kelima dalam adu penalti menentukan kemenangan 4-2 bagi Tim Matador. “Momen yang sangat menentukan, salah satu yang terpenting sepanjang karir saya,” akunya.
Dengan berhasil menghapus beban psikologis dan kutukan selalu gagal di babak delapan besar, Spanyol kini digadang-gadang jadi tim favorit untuk melindas Tim Panser di Wina, Minggu lusa. “Sejarah telah menanti kami. Kami harap itu jadi kenyataan. Tapi, untuk itu, (saat laga lawan Jerman) kami harus mampu menampilkan permain terbaik kami,” pungkas Fabregas.

Proyeksi Juara di Mata Publik Spanyol

2008-06-27 05:28:17
Kamis, 26 Juni, Spanyol diselimuti kegembiraan. Tim nasional sepakbola—olahraga terpopuler bersama Basket—mereka untuk pertama kalinya melaju ke partai final di turnamen utama sejak lebih dari dua dekade silam. Di jantung Madrid sebagai ibukota, puluhan ribu fans meneriakkan yel-yel “Hidup Spanyol!”
Plaza Colon yang menjadi pusat nonton bareng dimana terpasang televisi layar lebar dipenuhi umat manusia beratribut warna merah-kuning—warna bendera Spanyol. Kegembiraan menyeruak begitu tim kesayangan mereka secara pasti menggunduli Rusia 3-0 (0-0) di laga semifinal, dinihari (WIB) tadi.
Yel-yel “Spanyol! Spanyol!” dan “26 Juni, selamat tinggal Rusia!” diteriakkan fans sepanjang dan sehabis wasit Franck De Bleeckere meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan di Ernst Happel Stadion, Wina, Austria. Tidak ketinggalan bir yang membasahi kerongkongan. Pesta itu memulai optimisme publik akan gelar Euro kedua setelah 1964, walau realita di depan masih menghadang Jerman yang dikenal piawai menguasai turnamen.
“Tahun ini, ya tahun ini Spanyol juara pada Minggu nanti,” ujar Juan seperti dirangkum AFP. Kebisingan di area itu bertambah dengan sirine dan bunyi klakson kendaraan bermotor yang berkonvoi keliling kota. Tidak ada aksi anarkis dalam pesta ‘pendahuluan’ bagi publik Spanyol yang dilanda optimisme. Petugas polisi hanya berjaga-jaga dalam mengatur kemacetan lalu lintas.
Optimisme juga datang dari kalangan elite birokrasi dan bangsawan kerajaan. “Kami memiliki peluang besar (juara) pada Minggu nanti,” ujar Wakil Perdana Menteri Spanyol, Maria Teresa Fernandez de la Vega yang ikut menyaksikan langsung pertandingan di Wina, kepada stasiun televisi Cuatro.
Juga setia memberi dukungan dari tribun VIP yakni Pangeran Felipe dan istrinya, Permaisuri Laetitia. “Kami semua (rakyat Spanyol) sangat bahagia. Kami baru bisa tenang setelah tercipta gol kedua,” kata sang pangeran juga kepada Cuatro. Inilah kali pertama Spanyol mencapai final sebuah turnamen sepakbola utama, setelah takluk 0-2 atas Prancis di final Euro 1984. Selebrasi kali ini dilaporkan tidak seliar dan semegah ketika Spanyol lolos dari trauma perempat final 22 Juni tapi dipastikan akan lebih dahsyat jika Xavi Hernandez dkk berhasil mengalahkan Jerman.

Cukur Rusia, Spanyol ke Final

2008-06-27 03:39:48
Partai final Euro 2008 tidak akan menghadirkan kejutan. Setelah Jerman, Spanyol memastikan diri keluar sebagai finalis dengan mengandaskan mimpi Rusia. Tim Matador begitu superior dengan mencukur Rusia 3-0 (0-0) di Ernst Happel Stadion, Wina, Austria, Kamis (26/06) atau Jumat dinihari-WIB.

Luis Aragones tidak melakukan perubahan sama sekali dalam susunan pemain. Formasi standar 4-4-2 dipakai dan tidak ada perubahan dalam 11 pemain utama. Daftar starter ini pula yang menundukkan Rusia 4-1 di partai perdana keduanya. Sedangkan Guus Hiddink melakukan satu perubahan, Denis Kolodin yang absen karena akumulasi kartu kuning digantikan Vasily Berezutsky.

Strategi Aragones menurunkan the winning team patut diacungi jempol. Permainan Xavi Hernandez jadi lebih matang karena sudah terbiasa. Kick-off babak pertama dibunyikan wasit Franck De Bleeckere, Rusia berinisiatif mendominasi penguasaan bola. Tapi Spanyol perlahan mulai mengimbangi porsi serangan. Ancaman pertama nyaris menjebol gawang Rusia. Menit keenam Fernando Torres gagal menuntaskan peluang setelah bekerjasama apik dengan David Villa. Sepakan Torres berhasil digagalkan oleh kaki kiper Igor Akinfeev.

Empat menit kemudian giliran Villa yang membuat Akinfeev berjibaku melalui tendangan bebasnya. Sampai babak pertama berjalan 15 menit kedua kesebelasan menampilkan permainan terbuka. Menit ke-16 barulah gawang Spanyol terancam saat tendangan bebas Roman Pavlyuchenko melesat tidak jauh dari mistar gawang. Di pertengahan paro pertama hujan semakin lebat membasahi lapangan dan sepuluh menit sebelum turun minum Villa harus keluar lapangan karena mengalami cedera.

Di babak kedua, tanpa Villa yang saat ini memimpin daftar perolehan gol terbanyak, Spanyol tampil kesetanan. Belum lima menit sehabis istirahat, Xavi membuka kemenangan. Tanpa berpikir panjang, Xavi meneruskan umpan setengah badan dari Andres Iniesta. Unggul 1-0 membuat Spanyol lebih percaya diri. Sementara Hiddink memperhatikan kekuatan menyerang dengan memasukkan dua gelandang yang memiliki determinasi tinggi.

Torres tercatat paling tidak membuang dua kesempatan menggandakan keunggulan dari tiga menit. Belum lagi kerjasama apik Cesc Fabregas dan Xavi yang memberi kesan rapuhnya pertahanan Rusia. Fabregas yang masuk mengantikan Villa membuat Akinveef bekerja ekstra saat mengamankan tendangan spekulasi jarak jauh dari luar kotak 16 meter.

Gol kedua Spanyol akhirnya datang menit ke-73. Striker Daniel Guiza yang baru masuk empat menit menggantikan Torres langsung menunjukkan ketajamannya sebagai El Pichichi La Liga. Kerjasama satu-dua dengan Fabregas, Guiza menyudahi Akinfeev dengan bola lob. Rusia terkejut dan langsung merespon. Beberapa peluang yang dimiliki Pavlyuchenko tidak ada yang menghasilkan gol.

Asyik menyerang, stabilitas lini pertahanan menurun. Ini pula yang dimanfaatkan dengan jeli oleh anak asuh Aragones. Gol ketiga yang menutup kemenangan mengesankan terjadi di memit ke-82. Memanfaatkan serangan balik kerjasama Iniesta dan Fabregas. Silva yang ikut bergerak masuk ke dalam kotak penalti lawan dengan dingin mengelabui Akinfeev menggunakan kaki. Menjelang usai Rusia juga tidak mampu menghasilkan gol balasan. Satu di antaranya yakni peluang dari sundulan Dmitriy Sychev yang diselamatkan Iker Casillas.

Susunan pemain:
Rusia (4-4-1-1):1-Igor Akinfeyev; 22-Alexander Anyukov, 2-Vasily Berezutsky, 4-Sergei Ignashevich, 18-Yuri Zhirkov (kk); 11-Sergei Semak, 17-Konstantin Zyryanov, 20-Igor Semshov (15-Diniyar Bilyaletdinov 56 (kk)), 9-Ivan Saenko (21-Dmitri Sychev 57); 10-Andrei Arshavin; 19-Roman Pavlyuchenko.
Pelatih: Guus Hiddink
Spanyol (4-4-2):1-Iker Casillas; 15-Sergio Ramos, 5-Carles Puyol, 4-Carlos Marchena, 11-Joan Capdevila; 19-Marcos Senna; 6-Andres Iniesta, 8-Xavi (14-Xabi Alonso 69), 21-David Silva; 7-David Villa (10-Cesc Fabregas), 9-Fernando Torres (17-Daniel Guiza 69).
Pelatih: Luis Aragones

Donadoni Resmi Tinggalkan Gli Azzuri

2008-06-26 21:05:05
Terjawab sudah nasib Roberto Donadoni. Benar saja pemberitaan yang keluar beberapa hari lalu. Bahkan lebih cepat dari prakiraan semula dimana pada hari Jumat (26 Juni), disebutkan bahwasanya Federasi Sepakbola Italia (FIGC) bakal mengambil keputusan terkait masa depan Donadoni sebagai pelatih Timnas Italia.
Performa Italia di Euro 2008 memang sangat mengecewakan. Dengan menyandang predikat juara dunia, Gli Azzurri nyaris terlempar dari persaingan di putaran pertama. Berhasil lolos dari Grup C, Italia tidak sanggup melewati Spanyol yang menang melalui drama adu eksekutor titik penalti. Dari empat pertandingan Italia hanya mencetak tiga gol.
Catatan itu terus diungkit-ungkit media Italia dan digunakan untuk mengecam dan menyerang Donadoni agar turun dari jabatannya. Donadoni sedari pascakekalahan menolak untuk mengundurkan diri. Mantan pelatih Livorno itu bahkan bersikeras tidak akan menerima kompensasi sepeserpun jika memang dipecat.
Pada pertemuan yang digelar hari ini, Kamis, 26 Juni, FIGC akhirnya mengeluarkan keputusan yang bisa diterka sebelumnya. Otoritas sepakbola Negeri Spaghetti itu resmi memutuskan Donadoni tidak lagi aktif menjabat pelatih Gli Azzurri. Kontrak Donadoni dinyatakan tidak lagi dilanjutkan atau dengan kata lain dipecat.
“FIGC mengkonfirmasi bahwasanya kontrak Donadoni dinyatakan tidak berlaku lagi. Presiden FIGC, (Giancarlo) Abete bertemu Donadoni hari ini di kantor pusat (FIGC) dan dalam pertemuan itu dihasilkan keputusan kerja Donadoni dinyatakan berahir setelah dua tahun atau pascaEuro 2008.” Demikian penyataan resmi dari situs FIGC yang dilansir Football Italia.
Kontrak berjalan Donadoni sedianya diperpanjang sampai 2010, tapi terdapat klausul yang menyatakan masa kerja akan berakhir jika tidak terdapat kesepahaman dari salah satu pihak. Klausul itulah yang dipakai oleh FIGC. Meski diputus kontrak FIGC tetap menaruh respek pada mantan bintang AC Milan itu. Media Italia memberitakan sepakat bahwa Marcello Lippi setuju kembali ke jabatan yang membuat Italia meraih gelar juara dunia untuk keempat kalinya.

Rustu Ikuti Jejak Terim

2008-06-26 17:10:59
Angka 118, mungkin, jadi angka favoritnya Rustu Recber. Pasalnya, di saat jumlah penampilannya bersama Timnas Turki mencapai 118 kali—jumlah tertinggi yang dicapai seorang pemain Turki—Rustu, kiper kelahiran Antalya berusia 35 tahun itu memutuskan untuk mengundurkan diri dari skuad Ay-Yıldızlılar.
Keputusan pensiun dari timnas yang telah diperkuatnya sejak 1993 itu diungkapkan Rustu seusai kekalahan yang diderita skuad asuhan Fatih Terim di tangan Jerman dalam babak semifinal Euro 2008 yang berlangsung di Jakob-Park Stadium, Basel, tadi malam.
“Saya putuskan karir internasional saya berakhir ini di sini. Selama 14 tahun saya mengabdi bersama timnas dengan penuh rasa bangga. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang selama ini telah membantu saya. Saya bangga dengan rekan-rekan setim. Saya harap publik Turki mendukung mereka. Sebab, tim ini pantas untuk meraih kesuksesan di masa yang akan datang,” tegas Rustu seperti yang dilansir di situs resmi Euro 2008.
Datang ke Austria-Swiss sebagai kiper nomor dua, Rustu nyaris hanya berdiam diri di bangku cadangan sepanjang turnamen digelar. Nasib Rustu berubah seketika saat kiper utama pilihan Terim, penjaga gawang Fenerbahce, Volkan Demirel, mendapat kartu merah saat laga ‘hidup-mati’ di partai terakhir penyisihan Grup A melawan Republik Ceska, 15 Juni lalu.
Rustu memulai debutnya di Euro 2008 saat laga perempat final ketika Turki secara sensasional mengandaskan tim yang jauh lebih diunggulkan, Kroasia, lewat adu penalti di Ernst Happel Stadium, Wina, 20 Juni lalu. Andil Rustu sangat kentara dalam pertandingan ini: menggagalkan tiga tendangan algojo The Blazers: Luka Modric, Ivan Rakitic, dan Mladen Petric.
Sayang, di laga semifinal menghadapi kandidat juara, Jerman, Rustu membuat kesalahan mendasar yang membuat gawangnya jebol untuk kali kedua lewat sundulan striker Tim Panser, Miroslav Klose. Di menit-menit akhir pertandingan, Rustu pun tak kuasa mengantisipasi tendangan bek Philipp Lahm yang mencetak gol ketiga dan penentu kemenangan Jerman.
Langkah yang diambil Rustu itu segendang sepenarian dengan sikap yang diambil bosnya, Terim, yang juga bakal meninggalkan Crescent Stars. Adalah Terim, 54 tahun, sosok yang kali pertama menemukan bakat terpendam dalam diri Rustu ketika ia baru bergabung bersama klub lokal Turki, Antalyaspor, pada 1991 lalu.

Aragones Tak Akan Ubah Formasi

2008-06-26 15:50:29
Dengan susah payah, tim yang difavoritkan menjadi juara Euro 2008, Jerman, akhirnya berhasil lolos dari ‘lubang jarum’ saat bertemu tim ‘kuda-hitam’, Turki dalam babak semifinal pertama yang digelar di Jakob-Park Stadium, Basel, Rabu (25/6) malam. Meskipun tidak tampil sebagaimana mestinya atau sesuai standar, dengan formasi the winning team saat menghadapi Portugal, Jerman yang lebih diunggulkan mampu menahan imbang skuad asuhan Fatih Terim di 45 menit pertama, dan kemudian berbalik unggul di 45 menit kedua.
Keberhasilan tim unggulan menaklukkan tim underdogs itulah yang kini hendak diulangi Luis Aragones bersama pasukannya, Spanyol saat berlaga di semifinal kedua menghadapi tantangan Rusia di Ernst Happel Stadium, Wina, Kamis (26/6) malam nanti. Pasalnya, mirip dengan lakon Jerman vs Turki, Tim Matador pun lebih diunggulkan saat menghadapi skuad asuhan Guus Hiddink. Aragones berharap Iker Casillas dkk mampu kembali tampil di partai pamungkas seperti yang ditunjukkan skuad Spanyol di Euro 1984.
Untuk itu, Aragones berniat bakal tetap mempertahankan formasi inti yang terbukti menghasilkan kemenangan saat Spanyol tampil dominan dalam dua laga awal penyisihan grup plus kemenangan atas juara dunia Italia di babak perempat final. Mantan pelatih Atletico Madrid yang telah berusia 70 tahun itu mengaku tak peduli dengan kondisi fisik Andrei Arshavin dkk yang disebut-sebut jauh lebih fit dan bertenaga dibanding Casillas dkk.
“Kami tidak akan melakukan perubahan (susunan pemain),” tegas ‘Si Bijak”, panggilan Aragones, seperti yang dikutip Goal. “Kondisi fisik mereka (pemain Rusia) memang top. Namun, kami pun memiliki kualitas yang lain. Yang kami butuhkan adalah strategi yang bakal dijalankan di tengah lapangan. Saya pun percaya jika secara fisik, Rusia tim terbugar di turnamen ini. Meski demikian, kami harus dapat mencari sisi kelemahan mereka dan mencoba mengambil keuntungan,” imbuhnya.
Dari 23 pemain yang dibawa Hiddink ke Austria-Swiss, hanya seorang pemain yang berstatus “asing” atau bermain di luar Russian Premier League (kompetisi divisi utama Rusia), yaitu gelandang serang FC Nuremberg (Bundesliga), Ivan Saenko, 24 tahun. Mengacu waktu kompetisi yang berbeda dengan umumnya di Eropa—Liga Premier Rusia dimulai pertengahan Maret sampai pertengahan November tahun berjalan—wajar jika kondisi fisik para pemain Rusia dinilai lebih segar dan bugar dibanding tim-tim lain.
“Tidak ada yang menolak jika dikatakan mereka lebih fit dan kuat. Jumlah laga yang harus dilalui mereka (para pemain Rusia) lebih sedikit. Itulah fakta yang tidak bisa dihindari. Meski demikian, kami pikir kami punya daya intelektual yang cukup untuk memaksimalkan kemampuan kami dan memanfaatkan kesalahan (kelemahan) mereka,” tandas Aragones.
Ketika disinggung tentang latar belakang di balik keputusannya menurunkan the winning team, Aragones menunjuk kondisi fisik kesebelas pemain inti yang tidak bermasalah—terlilit cedera atau faktor akumulasi kartu. “Tidak ada satu pun dari pemain kami yang mengalami cedera. Perubahan (formasi tim) bisa dilakukan. Namun, sejauh ini mereka tampil baik. Nah, kalau seorang pelatih menilai kinerja mereka baik, buat apa melakukan perubahan (pergantian),” pungkasnya.

Rabu, 25 Juni 2008

Terim Siap Tinggalkan Timnas

2008-06-26 05:25:37
Euro 2008 menjadi pembuktian kehebatan pelatih Timnas Turki, Fatih Terim. Ia sanggup membawa Turki, tim yang tidak difavoritkan, melaju sampai semifinal sebelum akhirnya ditundukkan Jerman dengan skor tipis 2-3. Perjalanan Turki ke semifinal sendiri sama sekali bukan perjalanan mudah, selain menundukkan tim-tim kuat, tuan rumah Swiss, Republik Ceska, serta Kroasia, mereka melakukannya dengan materi pemain jauh dari sempurna.
Bagaimanapun, tampaknya sudah bulat tekad Terim untuk meninggalkan Timnas Turki pasca kekalahan mereka dari Jerman. Ke depan, ia ingin menjadi salah satu pelatih di klub Eropa. “Saya harus mengatakan bahwa saya kemungkinan tidak akan bekerja di Turki pada musim depan. Saya adalah seseorang yang memegang janji. Saya kemungkinan akan kembali (melatih) ke klub Eropa. Namun, bukan saya yang akan membuat pengumuman (resmi),” papar Terim seperti dilansir yahoosports.
Ia menambahkan: “Saya telah mengadakan pembicaraan dengan Federasi (Sepakbola Turki) sebelum membuatnya (keputusan) resmi. Saya telah mengucapkan selamat tinggal pada para pemain dan kini semuanya berakhir seiring dengan berakhirnya turnamen ini”.
Terim pun memuji penampilan anak-anak asuhnya, yang meski harus menelan kekalahan namun telah menampilkan salah satu permainan terbaiknya. Dengan sedikit hiperbolis, Terim menyebut bahwa hasil yang mereka capai saat ini akan selalu berada dalam benak pecinta sepakbola. “Kami telah melakukan sesuatu yang Turki tidak mampu lakukan dalam 70 atau 80 tahun. Para pemain seharusnya tidak merasa buruk (terhadap kekalahan ini). Ya mereka kalah, tentu saja kami telah tersingkir, namun itu adalah hari ke-47 kami bersama, dan tidak mudah untuk bekerja di saat orang lain sedang berlibur. Mereka berada di sini untuk negaranya, dan saya bangga akan hal itu, apa yang mereka lakukan adalah hal penting, dan kuharap mereka dapat meraih sukses di masa depan,” tutur mantan pelatih AC Milan ini.
Sempat timbul pendapat bahwa Turki akan mengulangi kebiasaan tim-tim kelas menengah, berprestasi di satu ajang, namun terpuruk di ajang selanjutnya. Apalagi Turki juga pernah melakoni hal seperti itu, mereka sukses mencapai semifinal pada Piala Dunia 2002, namun gagal ambil bagian dalam dua turnamen besar selanjutnya, Euro 2004 dan Piala Dunia 2006.
Menanggapi hal ini, Terim tidak sependapat. Ia yakin bahwa di masa depan, Turki mampu menjaga konsistensinya berlaga di turnamen-turnamen akbar. “Saya percaya bahwa tim seperti Turki harus ambil bagian dalam turnamen seperti ini, hal ini penting untuk menjaga konsistensi. Kamu bisa saja datang sebagai yang pertama maupun terakhir, namun penting sekali untuk berada di sini,” tandas Terim.