Jumat, 27 Juni 2008

Fabregas Tak Mau Gagal Kedua Kali

2008-06-27 10:55:22
Bagi Francesc “Cesc” Fabregas, partai puncak Liga Champions musim 2005-06 yang berlangsung di Stade de France, Paris, Prancis, Rabu, 17 Mei 2006, tentunya bakal menjadi memori yang tak terlupakan. Mimpi Fabregas bersama Arsenal untuk meraih gelar juara antarklub Eropa untuk kali pertama kandas hanya dalam waktu 15 menit terakhir. Dua gol balasan Samuel Eto’o dan Juliano Belletti memutarbalikkan keadaan dan mengantarkan Barcelona meraih gelar Liga Champions untuk kedua kalinya.
Dua tahun berselang, Fabregas kembali mempunyai kesempatan untuk tampil di partai pamungkas turnamen besar setelah tadi malam dengan trengginas Spanyol berhasil menuntaskan perlawanan tim ‘kuda-hitam’ Rusia tiga gol tanpa balas di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria. Meskipun tidak didaulat sebagai man of the match, kontribusi Fabregas begitu nyata dalam men-set-up dua gol terakhir yang dilesakkan Daniel Guiza dan David Silva.
Karena itu, Fabregas bertekad menghapus memori buruk di Stade de France dan mengantarkan trofi pertama bagi Spanyol dalam 22 tahun terakhir. “Saya tahu betul pahitnya kekalahan saat berlaga di partai final. Karenanya, saya tidak ingin kembali menuai kegagalan untuk kedua kalinya,” tegas Cesc, panggilannya, seperti yang dikutip The Independent.
Sepanjang turnamen digelar, sejatinya, Fabregas merupakan pemain pilihan kedua di mata Aragones. Kapabilitas gelandang The Gunners yang baru berusia 21 tahun itu dipandang masih kalah kelas dibanding seniornya, gelandang Los Blaugrana, Xavi Hernandez, 28 tahun. Berkah bagi Fabregas datang lebih cepat tadi malam ketika striker andalan Tim Matador, David Villa terpaksa meninggalkan lapangan karena mengalami cedera paha di menit ke-34 babak pertama.
Fabregas pun membayar lunas kepercayaan pelatih gaek yang berjuluk “Si Bijak” itu dengan performa mengesankan, terutama di paro 45 menit kedua. Ketika ditanya apakah partai melawan skuad asuhan Guus Hiddink itu menjadi pertandingan terbaik sepanjang karirnya, Fabregas tak mau terlena dan jumawa. “Mungkin saja. Namun, lebih baik jika saya kembali menyaksikan tayangan ulangnya. Saya tidak berpikir kehadiran saya di lapangan (menggantikan Villa) mengubah jalannya pertandingan. Saya hanya bermain sebagaimana yang biasanya saya lakukan,” ujarnya kalem.
Menurut pemain yang begitu ‘dipuja’ pelatihnya di Emirates Stadium, Arsene Wenger, keberhasilan Spanyol melaju ke babak pamungkas Euro 2008 tidak terlepas dari keberhasilan tim menghapus beban psikologis di partai perempat final melawan Italia. Dalam laga tersebut, eksekusi Fabregas yang menjadi algojo kelima dalam adu penalti menentukan kemenangan 4-2 bagi Tim Matador. “Momen yang sangat menentukan, salah satu yang terpenting sepanjang karir saya,” akunya.
Dengan berhasil menghapus beban psikologis dan kutukan selalu gagal di babak delapan besar, Spanyol kini digadang-gadang jadi tim favorit untuk melindas Tim Panser di Wina, Minggu lusa. “Sejarah telah menanti kami. Kami harap itu jadi kenyataan. Tapi, untuk itu, (saat laga lawan Jerman) kami harus mampu menampilkan permain terbaik kami,” pungkas Fabregas.

Tidak ada komentar: